Senin, 25 Juli 2011

Jalan Terus (Sheila on 7)

Jalan Terus

Hidup memang tak semudah waktu kita muda dulu
Panas dingin tak bisa diterka
Strategi hidup bertahan dari seleksi sang alam

Hidup memang tak seindah waktu kita muda dulu
Umur terindah pasti ‘kan berlalu
Strategi hidup bertahan dari seleksi sang alam

Panas dingin tak bisa diterka

Tapi apapun yang terjadi
Akanku jalani
Akanku hadapi
Dengan segenap hati

Walau kuterluka
Memang kuterluka
Tak pernah kulari dari semua ini

Belum waktunya kita berhenti
Jangan cepat puas kawan

Bekerja dan terus bekerja
Hingga saat kita tak berguna lagi

(Sheila on 7, Jalan Terus)



Menukil cuplikan lagu Sheila on 7, Jalan Terus…

Hidup memang tak semudah waktu kita muda dulu
 Panas dingin tak bisa diterka
 Strategi hidup bertahan dari seleksi sang alam…”

ternyata ada benarnya, bahkan untuk saat ini aku merasa bahwa lirik lagu tersebut sungguh tepat. Yup… masa muda memang indah. Dengan segala dinamikanya, keunikannya, semangat yang tak kenal lelah, emosi yang membara, jiwa bebas yang terus  mencari kejayaan, kesenangan yang meledak-ledak, gejolak rasa yang tak tertahankan saat mengukir mimpi dan angan, nafas tersengal karena letupan kreatifitas tanpa batas, senang tak terbayang meski lelah berkeringat, dan banyak penggambaran warna-warni masa muda lainnya. Tapi hidup terus berjalan, bukan hanya di tempat dan bukan sekadar santai, ia berlari, berpacu dengan waktu tepatnya, dan euphoria masa muda tak dapat selalu direguk manisnya. Semua ada masanya, Bung! Semua ada waktu dan tempatnya. Siapa lakonnya, scène yang mana, apa perannya, semua sudah terbagi jelas di dalam scenario besar kehidupan. Dan Sang Produser Mahaagung terus mengarahkan kita untuk berperan sebaik-baiknya. Percayalah…
           
“Semakin tua, manusia akan semakin sibuk.” Begitulah sepenggal kalimat yang pernah terlontar dari bibir manis MRku tersayang. Ya, semakin tua manusia maka semakin banyak amanah yang akan diterimanya. Namun jangan pernah berpikir bahwa Allah semena-mena member amanah-amanah itu pada kita. Jangan pernah! Ingat, jangan pernah! Ingatkah kita masa-masa di TK dulu? Saat belajar huruf untuk pertama kalinya, saat belajar angka untuk pertama kalinya, saat belajar membaca untuk pertama kalinya, saat belajar berhitung untuk pertama kalinya,tanpa kita sadari saat itulah kita mulai membangun sebuah pondasi hidup kita. Yakinlah sobat, saat kita kecil, saat kita bahkan belum terpikir apapun kecuali makan, minum, bobo, buang air, saat itulah kita sudah diajarkan untuk menjadi seorang arsitek kehidupan, setidaknya bagi hidup kita sendiri.

Lalu mengapa kita mesti mengeluhkan semua amanah yang ada sekarang? Kenapa tak dihadapi dan diselesaikan saja? Memangnya mau jika terus menerus diberi amanah mudah yang seharusnya diberikan kepada adik-adik kita di TK dan SD? Apakah tidak iri melihat orang lain yang dengan gigihnya menyelesaikan semua amanah yang tengah diembannya—menyelesaikan bangunan rumah kehidupan. Sedangkan kita, jangankan selesai sampai memasang genting dan mengecat temboknya, pondasi saja mungkin belum mampu diselesaikan bahkan cor-annya pun belum kering dan mantap karena kita hanya terus menerus mengganti-ganti batu dan semen serta pasirnya.

Hei… hidup terus berjalan, waktu tak mungkin menunggu kita, berhenti, apalagi diputar ulang. Memangnya film Doraemon? Ayo dong, bangun, ini kehidupan nyata di mana kita berperan sebagai seorang manusia yang dengan kesempurnaannya yang terbatas berjibaku dalam hidupnya. Seorang petarung sejati, itulah hakikat seorang manusia. Kokoh dan bijak karena kita terbuat dari tanah, bukan seberkas cahaya yang statis, atau api yang menyala-nyala angkuh. Dengan segala keterbatasan kita, Allah ingin memberikan berbagai kelebihan.

Amanah memang semakin banyak dan tingkat kesulitannya semakin tinggi. Memangnya kita mau kalah dari games di playstation? Games di PS aja ada hierarki kesulitannya. Memangnya otak kita berkapasitas setara dengan sistem DOS di computer yang sudah bapuk? Otak kita adalah computer tercanggih se jagad raya, dari tahun ke tahun. Tidak sehebat centrino duo memang karena lebih hebat dari itu. dan untuk mengupgradenya pun tak harus dibongkar pasang. Sungguh teknologi paling canggih dan mutakhir selama berabad-abad. Ingin disia-siakan?

Lalu apakah masih ciut dengan segala amanah itu? hei… ke mana keberanianmu? “Hai masalah, aku punya Allah yang jauh lebih besar darimu!” coba katakan itu pada masalah-masalahmu saat kau menjalankan amanah-amanahmu. Duhai makhluk yang paling berbahagia, lihat sisi lain dari sisi yang kau anggap paling menyebalkan, ada keindahan di sana.

Hidup memang tak seindah waktu kita muda dulu
  Umur terindah pasti ‘kan berlalu
  Strategi hidup bertahan dari seleksi sang alam

Yap, keindahan masa muda memang akan (atau sudah) berlalu, tapi ada gantinya, keindahan di masa dewasa/tua. Umur terindah pasti akan berlalu, tapi umur itu akan tergantikan dengan keindahan umur selanjutnya. Keindahan menjadi MABA akan tergantikan dengan keindahan menjadi pengurus organisasi. Keindahan menjadi pengurus organisasi akan tergantikan dengan keindahan menjadi wisudawan. Keindahan menjadi wisudawan akan tergantikan dengan keindahan menjadi seorang dewasa dalam masyarakat sesungguhnya dan dengan keluarga barunya. Keindahan itu pula akan tergantikan dengan indahnya bertemu dengan Rabb kita kelak pada waktunya. Yakinlah segala kenangan indah itu, masa-masa indah itu tak akan hilang, ia tak mungkin terganti dengan cara apapun, ia hanya berpindah situasi. Ia akan terus abadi di dalam hati.

Belum waktunya kita berhenti
  Jangan cepat puas kawan

  Bekerja dan terus bekerja
  Hingga saat kita tak berguna lagi

Ya, jangan cepat puas hanya karena lompatan kita berhasil mendarat di jalan yang mulus karena masih banyak pijakan lain yang belum kita lalui. Terus saja menjalankan amanah, gapai manah-amanah itu, jangan cuma puas dengan sebuah amanah, usahakan agar kita dipercaya memegang manah itu, bukan sebaliknya! Berbahagialah sebagai seseorang yang dipercaya untuk memegang amanah, bukan berbahagia karena bebas tanpa amanah (alangkah malangnya!). kita harus terus berkarya, menghasilkan sesuatu yang berguna bagi kita sendiri dan orang lain, sampai saat kita tak berguna lagi, ya, saat itu adalah saat raga melepas nyawa.

10-11jan09
22.30-00.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar