Sabtu, 23 Februari 2013

"kekkakekkokkukukakikakakkukikikakukakukek"


"kekkakekkokkukukakikakakkukikikakukakukek"

bingung dengan kalimat di atas?
yuk coba pelan2 dibaca lagi..

kalau masih bingung, coba kita kasih jeda seperti ini..
"kek/ka/kek/kok/ku/ku/ka/ki/ka/ka/ku/ki/ki/ka/ku/ka/ku/kek"

still confuse? masih belum mengerti juga?
hayuk kita pisahkan per kata...
"kek, kakek, kok kuku kaki kakakku kiki kaku kaku, kek"

masih bingung juga?
duh.. coba baca lagi deh.
sudah mengerti? nah, sekarang coba sampaikan kalimat itu secara lengkap dan persis sama kepada orang lain. ingat, harus sama, harus lengkap!

bila ada yang masih kesusahan, yuk kita cari tahu kenapa...

ada beberapa kemungkinan dalam hal ini,
1. mungkin anda kurang konsentrasi
2. mungkin anda pelupa sehingga miss salah satu atau beberapa kata
atau..
3. mungkin otak/cara berpikir anda tidak terbiasa dengan sesuatu yang tertata, yang teratur, sebab-akibat, obyek, subyek, predikat

jika jawabannya adalah kemungkinan nomor 1 dan 2, itu masih bisa disiasati. namun kalau anda termasuk yang nomor 3, maka harus ada hal lebih yang anda lakukan. salah satunya dengan membiasakan diri menggunakan kalimat lengkap dalam berbicara.

teringat pada 5 tahun lalu, saat saya mengandung anak pertama saya, Muhammad Ikhlas Putrabuana, saya diwanti-wanti oleh suami untuk selalu mengajak janin berbicara. dan bukan asal bicara, namun menggunakan kalimat yang lengkap dan teratur,, baik kata maupun intonasi.

Awalnya saya merasa kesulitan, merasa risih, kikuk, bahkan malas. Untuk apa berbicara “sendiri” dengan kalimat yang lengkap dan teratur pula? Rajin amat ya, gue.. heheheh. Tapi saya jalani juga hal itu meski banyak missnya, misalnya bicara sekenanya pada janin saya (de, bunda cape; ah, laper nih de, mau makan; dsb), atau diam saja seolah saya tidak sedang membawa calon anak kami.

Di kemudian hari saya baru tahu manfaat berbicara pada janin, bukan hanya berbicara ya, tapi juga menggunakan kalimat lengkap yang teratur dengan intonasi yang tepat. Saya tahu hal ini dari buku dan juga dari direktur sekolah anak saya pada saat pelatihan orang tua murid di sekolah. Selain berfungsi untuk menambahkan lipatan-lipatan sel otak janin, membuat janin merasa dekat secara lahir batin (emosi dan fisik), ternyata semua perkataan yang terucap dari kita (ibu yang mengandung) dan kelak orang sekitar ibu hamil (ketika usia kehamilan semakin tua) akan direkam olehnya dan kelak akan dikeluarkan setelah ia mendapatkan kembali stimulasi yang sama (ini berlaku juga dengan alasan mengapa wanita hamil harus rajin membaca al quran, karena ketika anak nanti mendengar lagi bacaan al qur’an, semua yang dia simpan akan langsung dikeluarkan dan ini membuat ia merasa lebih tersambung/dekat dengan alqur’an), dan yang terpenting adalah berbicara dengan kalimat lengkap dan teratur akan membiasakan anak untuk berpikir runtut, teratur, dan kelak akan membuatnya menjadi pribadi yang mudah mengatur segala sesuatu dalam kehidupan pribadi maupun profesionalnya.

Membiasakan berbicara dengan kalimat lengkap dan teratur dengan intonasi yang tepat pada janin dan anak selain akan membuat mereka berpikir runtut, rapi, dan tertata, mereka juga bisa dengan mudah melihat sebab-akibat, inti masalah dan pemecahan, serta bisa menguraikan sesuatu berdasarkan jenisnya (mampu menganalisa).

Contohnya, kita kembali pada kalimat "kek, kakek, kok kuku kaki kakakku kiki kaku kaku, kek". Orang yang tidak terbiasa berpikir runtut, jelas, logis, mungkin bisa jadi mengulang kalimat tersebut dengan jelas dan benar, ini bisa jadi karena daya ingatnya kuat. Tapi pada kenyataannya akan lebih banyak orang yang mengalami kesusahan untuk mengulang kembali kalimat tersebut.


Padahal, bagi orang yang terbiasa berpikir runtut/tertata, dia akan melihat bahwa kalimat ini ditujukan pada siapa, predikatnya apa, objeknya apa, jenis kalimatnya apa. Dengan begitu meski hanya sekali mendengar atau membaca kalimat seperti ini, dia akan bisa mengulangnya langsung dengan mudah.
Ini baru satu contoh kecil dari efek berbicara dengan kalimat yang lengkap dan teratur dengan intonasi yang tepat. Bayangkan jika hal ini terus diberikan pada janin dan anak. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang seperti telah saya sebutkan sebelumnya (berpikir runtut, teratur, dan kelak akan membuatnya menjadi pribadi yang mudah mengatur segala sesuatu dalam kehidupan pribadi maupun profesionalnya).

Mungkin sulit untuk memulainya, mungkin canggung untuk membiasakannya, mungkin akan banyak tantangan dalam pengaplikasiannya, tapi kita bisa. Bukankah kita sebagai orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anak, untuk investasi kita?

Mari biasakan berbicara dengan kalimat lengkap yang teratur dengan intonasi yang tepat. Sederhana saja, tidak perlu ‘ribet’ seperti di dalam buku teks bahasa indonesia, namun jelas dan mengena.

“Kakak sudah menutup pintu kamar?”, “Ade mau bermain bola?”, “Ibu mau pergi ke supermarket, ade mau ikut?”, dsb.



Maaf lahir batin atas segala kekurangan. Mohon kritik dan masukannya ^^v

Kamis, 14 Februari 2013

Memberikan Kado Ketika Anak Berhasil Mencapai Target



anak saya yang bernama Ikhlas (4 thn) sebelumnya sudah lancar dengan toilet trainingnya, bahkan ketika malam pun ia sudah terbiasa buang air kecil sendiri di kamar mandi, tanpa membangunkan ayah bundanya. (kamar mandinya ada di dalam kamar)

namun kebiasaan baik itu lema kelamaan menghilang ketika sempat beberapa kali dia dipakaikan popok sekali pakai oleh eyangnya ketika menginap di rumah eyang dengan alasan kamar mandinya cukup jauh (kamar mandinya berada di luar kamar dan harus melewati ruang tengah dan dapur)dan sedang musim hujan jadi bisa beberapa kali ke kamar mandi.

akhirnya ketika tidur di rumah, dia sudah tidak ingat dengan kebiasaannya untuk buang air kecil di kamar mandi. so, kasur penuh dengan ompolan...

putar otak, terbersit satu ide yaitu memberikan satu targetan pada Ikhlas. dia akan mendapatkan 1 bintang untuk satu malam tanpa ompol. dan ketika sudah ada 10 bintang, dia berhak mendapatkan sepeda baru sesuai dengan harapannya. namun jika ada 1 kali ngompol, maka bintangnya akan diambil kembali sebanyak 1 bintang.

*mengapa 10? karena dalam 7-10 hari kebiasaan akan bisa dibentuk oleh anak kecil.*

dan alhamdulillah, setelah dua minggu, ikhlas kembali lagi pada kebiasaan lamanya yang buang air kecil di kamar mandi tanpa diminta.

dan sekarang saatnya Ikhlas dibelikan kado sepeda.. selamat ya, ikhlas.. ^^

oia, sebenarnya selain diberi kado, anak harus tetap diberi pengertian tujuan targetnya. seperti ikhlas yang sebelumnya sudah saya beritahu bahwa mengompol itu hanya akan membuat dirinya tidak nyaman saat tidur malam. dan dia harus tahu bahwa air seni yang menempel di celana dan kasur adalah najis yang harus dibersihkan dan merupakan tempat kuman bersarang (bisa menyebabkan gatal atau ruam). setelah dia tahu tujuannya tidak boleh mengompol, dia mau untuk mencapai target yang sudah disepakati bersama (oleh anak dan orang tua), dan semangatnya bertambah ketika dia diberikan reward berupa sepeda.

tulisan ini juga bisa dilihat di FP http://www.facebook.com/BeliKadoYuk2