"kekkakekkokkukukakikakakkukikikakukakukek"
bingung dengan kalimat di atas?
yuk coba pelan2 dibaca lagi..
kalau masih bingung, coba kita kasih jeda seperti ini..
"kek/ka/kek/kok/ku/ku/ka/ki/ka/ka/ku/ki/ki/ka/ku/ka/ku/kek"
still confuse? masih belum mengerti juga?
hayuk kita pisahkan per kata...
"kek, kakek, kok kuku kaki kakakku kiki kaku kaku,
kek"
masih bingung juga?
duh.. coba baca lagi deh.
sudah mengerti? nah, sekarang coba sampaikan kalimat itu
secara lengkap dan persis sama kepada orang lain. ingat, harus sama, harus
lengkap!
bila ada yang masih kesusahan, yuk kita cari tahu kenapa...
ada beberapa kemungkinan dalam hal ini,
1. mungkin anda kurang konsentrasi
2. mungkin anda pelupa sehingga miss salah satu atau beberapa
kata
atau..
3. mungkin otak/cara berpikir anda tidak terbiasa dengan
sesuatu yang tertata, yang teratur, sebab-akibat, obyek, subyek, predikat
jika jawabannya adalah kemungkinan nomor 1 dan 2, itu masih
bisa disiasati. namun kalau anda termasuk yang nomor 3, maka harus ada hal
lebih yang anda lakukan. salah satunya dengan membiasakan diri menggunakan
kalimat lengkap dalam berbicara.
teringat pada 5 tahun lalu, saat saya mengandung anak
pertama saya, Muhammad Ikhlas Putrabuana, saya diwanti-wanti oleh suami untuk
selalu mengajak janin berbicara. dan bukan asal bicara, namun menggunakan
kalimat yang lengkap dan teratur,, baik kata maupun intonasi.
Awalnya saya merasa kesulitan, merasa risih, kikuk, bahkan
malas. Untuk apa berbicara “sendiri” dengan kalimat yang lengkap dan teratur
pula? Rajin amat ya, gue.. heheheh. Tapi saya jalani juga hal itu meski banyak
missnya, misalnya bicara sekenanya pada janin saya (de, bunda cape; ah, laper
nih de, mau makan; dsb), atau diam saja seolah saya tidak sedang membawa calon
anak kami.
Di kemudian hari saya baru tahu manfaat berbicara pada
janin, bukan hanya berbicara ya, tapi juga menggunakan kalimat lengkap yang
teratur dengan intonasi yang tepat. Saya tahu hal ini dari buku dan juga dari
direktur sekolah anak saya pada saat pelatihan orang tua murid di sekolah. Selain
berfungsi untuk menambahkan lipatan-lipatan sel otak janin, membuat janin
merasa dekat secara lahir batin (emosi dan fisik), ternyata semua
perkataan yang terucap dari kita (ibu yang mengandung) dan kelak orang sekitar ibu
hamil (ketika usia kehamilan semakin tua) akan direkam olehnya dan kelak akan
dikeluarkan setelah ia mendapatkan kembali stimulasi yang sama (ini berlaku
juga dengan alasan mengapa wanita hamil harus rajin membaca al quran, karena
ketika anak nanti mendengar lagi bacaan al qur’an, semua yang dia simpan akan
langsung dikeluarkan dan ini membuat ia merasa lebih tersambung/dekat dengan alqur’an),
dan yang terpenting adalah berbicara dengan kalimat lengkap dan teratur akan
membiasakan anak untuk berpikir runtut, teratur, dan kelak akan membuatnya
menjadi pribadi yang mudah mengatur segala sesuatu dalam kehidupan pribadi
maupun profesionalnya.
Membiasakan berbicara dengan kalimat lengkap dan teratur
dengan intonasi yang tepat pada janin dan anak selain akan membuat mereka
berpikir runtut, rapi, dan tertata, mereka juga bisa dengan mudah melihat
sebab-akibat, inti masalah dan pemecahan, serta bisa menguraikan sesuatu
berdasarkan jenisnya (mampu menganalisa).
Contohnya, kita kembali pada kalimat "kek, kakek, kok
kuku kaki kakakku kiki kaku kaku, kek". Orang yang tidak terbiasa berpikir
runtut, jelas, logis, mungkin bisa jadi mengulang kalimat tersebut dengan jelas
dan benar, ini bisa jadi karena daya ingatnya kuat. Tapi pada kenyataannya akan
lebih banyak orang yang mengalami kesusahan untuk mengulang kembali kalimat
tersebut.
Padahal, bagi orang yang terbiasa berpikir runtut/tertata,
dia akan melihat bahwa kalimat ini ditujukan pada siapa, predikatnya apa,
objeknya apa, jenis kalimatnya apa. Dengan begitu meski hanya sekali mendengar
atau membaca kalimat seperti ini, dia akan bisa mengulangnya langsung dengan
mudah.
Ini baru satu contoh kecil dari efek berbicara dengan
kalimat yang lengkap dan teratur dengan intonasi yang tepat. Bayangkan jika hal
ini terus diberikan pada janin dan anak. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi
yang seperti telah saya sebutkan sebelumnya (berpikir runtut, teratur, dan
kelak akan membuatnya menjadi pribadi yang mudah mengatur segala sesuatu dalam
kehidupan pribadi maupun profesionalnya).
Mungkin sulit untuk memulainya, mungkin canggung untuk
membiasakannya, mungkin akan banyak tantangan dalam pengaplikasiannya, tapi
kita bisa. Bukankah kita sebagai orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk
anak, untuk investasi kita?
Mari biasakan berbicara dengan kalimat lengkap yang teratur
dengan intonasi yang tepat. Sederhana saja, tidak perlu ‘ribet’ seperti di
dalam buku teks bahasa indonesia, namun jelas dan mengena.
“Kakak sudah menutup pintu kamar?”, “Ade mau bermain bola?”,
“Ibu mau pergi ke supermarket, ade mau ikut?”, dsb.
Maaf lahir batin atas segala kekurangan. Mohon kritik dan
masukannya ^^v