Rabu, 22 Juli 2015

Syurga Yang Tak Dirindukan: sebuah fenomena poligami masyarakat indonesia (opini)


                                     
                                                 Poster film Syurga Yang Tak Dirindukan

Sejak seminggu yang lalu film Syurga Yang Tak Dirindukan tayang di bioskop2 di indonesia. Film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Asma Nadia ini mengambil tema yang memang bisa dibilang sedang trend dalam beberapa tahun belakangan ini: poligami.

Sebetulnya sudah lama sekali saya baca novelnya, awalnya berjudul Istana Kedua. Pertama kali membaca saya langsung merasa sesak. Asma Nadia sangat jenius mengaduk-aduk emosi saya. Dan ketika saya menanyakan pendapat teman-teman saya yang saya paksa membacanya juga, mereka juga merasakan hal yang sama. Bahkan ada yang benar-benar tidak mau lagi menyentuh buku itu saking gemasnya :D



                                                Cover novel Syurga Yang Tak Dirindukan


Cover dan Judul Novel Awal



Dalam novel aslinya, saya lupa-lupa ingat karena membacanya pada kisaran 2007 awal dan hanya berani baca sekali, dikisahkan mengenai kehidupan pernikahan Arini dan Pras.
Arini yang enerjik, ceria, penyayang, dan sangat percaya dengan kisah pernikahan romantis memiliki seorang suami yang sangat sempurna di matanya. Kisah pertemuan mereka bagi Arini bagaikan kisah-kisah dalam dongeng dan selama bertahun-tahun pernikahan mereka, Arini yang manja memang sangat dimanjakan oleh Pras. Arini seperti menemukan pangeran yang selama ini ia nanti. Semua berjalan sempurna, pernikahannya, hubungannya dengan Pras, anak mereka yang membanggakan, dan kehidupan rumah tangga yang hampir tak pernah mengalami ujian berat seperti masalah ekonomi dan sebagainya.

Hingga suatu kali Pras mendapat email dari seorang wanita yang sedang mencari suami--tak perlu menafkahi lahir dan batin, yg penting mau menikahinya. Pras merasa itu email spam saja karena rekan kerjanya yang lain pun menerimanya. Seiring berjalannya waktu, email itu terlupakan begitu saja. Hingga pada suatu hari Pras melihat sebuag mobil yang kecelakaan. Ia berinisiatif menolong pengemudi mobil tersebut yang ternyata adalah seorang wanita yang sedang hamil. Pras membawanya ke rumah sakit, menemaninya hingga beberapa hari ke depan pun pras setia menjenguk wanita yang bernama Meirose yang ternyata adalah pengirim email spam tempo hari.
Melalui Pras, Meirose menemukan ketenangan setelah sekian lama hidup dalam berbagai cobaan yang membuatnya nekad berusaha mengakhiri hidup.

Di sisi lain, Arini tetap setia dengan semua dongeng2 indah pernikahannya. Dengan setia ia selalu melayani suaminya, mendidik anak-anak, merawat rumah. Hingga suatu hari ia mendapat telpon dari kantor suaminya yang menanyakan kabar anak mereka yang katanya sakit. Arini bingung, karena anak mereka memang tak sedang sakit belakangan ini apalagi sampai dirawat seperti yang dikatakan orang kantor suaminya. Dari situ Arini mulai menduga ada sesuatu yang tak benar dari dongeng pernikahannya. Sejak itu ia mulai mengumpulkan berbagai bukti. Dan tanpa sengaja (kalau tak salah) pada suatu pagi Arini melihat sosok yang mirip sekali dengan suaminya. Namun menggendong anak lain yang bukan anak mereka, dan menggandeng wanita lain, bahkan tak canggung memeluk dan menciumnya--suatu hal yang tak mungkin dilakukan oleh Pras dengan alasan malu pada orang lain.
Arini semakin yakin bahwa Pras menyembunyikan sesuatu. Dengan caranya, akhirnya ia mendapatkan alamat rumah wanita yang dikira orang adalah dirinya--istri Pras.

Semenjak semua terkuak, Arini yang sedih, kecewa, hancur, terluka, sangat bimbang dengan segalanya tentang pernikahan mereka. Ia mulai menjadi sosok Arini yang lain. Ia melayani suaminya dengan perasaan muak bahkan jijik. Dan kekecewaan serta kesedihan terbesarnya adalah ketika anak mereka sakit. Pras yang mengaku keluar kota tak bisa dihubungi ketika anak mereka terus memanggil-manggil Pras di dalam sakitnya. Arini yang tak percaya Pras dinas luar kota, akhirnya memutuskan untuk mencari Pras di rumah Meirose. Dan benarlah, Pras memang berada di sana. Sedang bercengkrama bersama seorang anak kecil. Arini nekad menemui Pras, bahkan meminta Pras untuk memilih di antara Meirose atau dirinya. Pras tak memberi jawaban, namun juga tak mengejar Arini yang akhirnya berlalu dengan hati perih dari rumah Meirose sementara Meirose menggelayut manja di bahu Pras.

Itu versi novel asli yang saya baca beberapa tahun silam. Namun menurut teman yang sudah menonton dan sempat membacanya, ada perbedaan di bagian akhir cerita. Saya sendiri belum tahu karena belum--lebih tepatnya tak mau--menonton filmnya.


Novel awal sebelum berganti cover dan judul





Kisah tentang poligami memang sepertinya tak pernah habis untuk dikupas dari segala sisi dan memang selalu menjadi pembicaraan hangat bahkan panas antara pria dan wanita.
Dalam kisah Arini, Pras, dan Meirose saya melihat adanya sebuah keputusan poligami yang tanpa landasan kuat dan kesadaran yang akhirnya diambil oleh Pras.
Pras sendiri diceritakan sebagai anak yang besar dalam keluarga dengan ayah yang berpoligami. Namun sikap sang ayah sangat tidak adil bahkan cenderung tak baik hingga membuat Pras bertekad untuk tak akan melakukan poligami kelak ketika menikah. Namun kebencian yang berada di alam bawah sadar justru menjelma menjadi sebuah pribadi di dalam diri Pras hingga membawa dalam keputusan poligami yang tak adil hingga melahirkan kehidupan seperti halnya kehidupannya dahulu yang kali ini menimpa anak dan istrinya.

Sungguh sebetulnya saya tak rela jika poligami dalam Islam sendiri dilihat sebagai sesuatu yang tak baik bahkan cenderung buruk.
Selama ini poligami yang ada di masyarakat memang dilhat sebagai momok, sesuatu yang salah bahkan menakutkan. Hal itu saya pahami karena niat dan cara poligami yang tak tepat. Bagaimanalah akan baik niatan dan caranya apabila tak ada ilmu di dalamnya.
Belum lagi istri dan keluarga pertama dipersiapkan dengan ilmu tentang poligami, bahkan diri sendiri belum mumpuni bagaimana adab-adab yang baik dalam rumah tangga, biasanya laki-laki sudah langsung mencari wanita lain bahkan sudah langsung menikahinya dengan alasan takut zina. Padahal jika kahwatir berzina akan lebih baik menahan pandangan dan langsung mencari istrinya saja yang sudah jelas dihalalkan untuknya.
Namun Islam mengatur segala hal bahkan sampai bagian terkecil dalam hidup. Pun dalam poligami. Bukan hanya diatur, namun juga telah dicontohkan melalui Rasulullah langsung bagaimana kehidupan poligami yang ideal, bagaimana berlaku baik pada istri, bagaimana berlaku adil dalam tataran manusia, bagaiman adab-adab suami dan istri. Penuh ilmu dan indah.

Hal yang akhirnya coba saya pahami dari kisah novel dan film Syurga Yang Tak Dirindukan adalah:
1. bahwa segala sesuatu haruslah berilmu, seperti yang dikatakan oleh Rasul, berilmu baru beramal.
2. Menjaga pandangan tetap jauh lebih baik dan utama bagi siapa saja meski ia sudah menikah. Ambil kisah Pras yang menolong Meirose, tak ada salahnya jika saja sampai pada tahap membawa ke rumah sakit dan mengurusi biaya. Akan sesuai adab jika selanjutnya Arini disertakan oleh Pras dalam mengurus Meirose. Arini yang mengunjungi Meirose dan menghiburnya. Hal ini akan sangat menutup pintu-pintu masuknya fitnah dalam dada setiap manusia.
3. Kembalikan niat menikah hanya untuk ridho Allah dan memiliki cinta yang tertinggi hanya pada-Nya. Karena jika tak memiliki pegangan seperti ini, kelak akan ada banyak sekali Arini-Arini yang merasakan sakit dan kecewa tak terperi ketika menghadapi ujian pernikahan seperti ini. Berbeda jika semua berlandas pada Allah. Cinta pada makhluk pun hanya seperlunya karena cinta tertinggi hanya dipersembahkan dan hanya mendambakan pada Allah saja.
4. Ini hanya pemikiran iseng saya, mungkin mba Asma ingin membukakan mata para istri agar lebih waspada dan sensitif terhadap sinyal2 yang ada. Karena biasanya perselingkuhan bisa terjadi karena istri tak tanggap ketika ada yang melenceng dari suami.

Akhir kata, ini hanya opini sok tau saya saja tentang kisah novel Syurga Yang Tak Dirindukan. Perbedaan pendapat tentu saja boleh, apapagi pengalaman yang dimiliki antar kita pasti berbeda.
Yang harus disamakan adalah: berilmu lah dahulu sebelum beramal :)