Kamis, 26 Desember 2013

Aku Gak Habis Pikir, Kenapa Kau Memilihnya?

sampai detik ini aku masih bingung,
aku masih mengais-ngais ke dalam logikaku,
mencaricari bahkan di sudut pemikiran yang paling bodoh di kepalaku,
apa alasanmu memilihnya?

dengan alasan fisik saja aku tau dia tidak lebih dariku, coba saja kau tanyakan pada hatimu
dengan alasan attitude, jelas saja dia kalah telak dariku, bahkan bisa kujamin meski dia berlatih di sekolah kepribadian hingga 5 tahun!
dengan alasan kepintaran? maaf, bukan aku mengejeknya bodoh, namun kau coba saja bandingkan dari hal yang tampak di permukaan, lihat almamaterku dan lihat almamaternya!
dengan alasan apalagi?

bukankah aku lebih segalanya dari dia?

apa dia mau menerimamu ketika setumpuk kartu berharga itu belumlah nyaman di dompetmu?
apakah dia mau menerimamu ketika tampilanmu tak sekelas dengan para artis itu?
apakah dia mau menerimamu ketika kau tampak seperti awal-awal kita bertemu lebih dari bertahun-tahun lalu?

dia memberimu anak?
dia merawatmu?
dia yang berjanji mendampingimu sehidup semati?

aku yakin bukan.
karena hanya dengan barang-barang yang katanya 'lucu' saja dia sudah bisa menerimamu...
wajar bagi dirinya yang masih labil dengan silau dunia dan pergaulan umum remaja..

hm, aku masih terus bertanya, hingga akhirnya ada yang membisikanku sebuah jawaban sederhana,
saat itu kau melihatnya karena nafsu belaka...

bukan, bukan aku yang menjawab,
murni kudapat setelah terisak di sepertiga malam,
melalui desau angin,
lembut turun dari langit...

dan Tuhan masih menjagamu,
no, bukan untukku,
tapi justru untuk dirimu sendiri,
untuk keberlangsungan hidupmu,
keberlangsungan impian-impianmu...

kau terlalu rapuh untuk kutinggalkan,
mungkin ini tujuan Tuhan mengirimku sebagai pendampingmu...

dan tentangnya?
ah, hanya sampah tercecer di taman kita yang jatuh dari tempatnya.
tunggu saja esok pagi, pasti petugas kebersihan sudah menyatukannya dengan teman-teman sampahnya yang lain :)

*sebuah tulisan yang terinspirasi dari berbagai peristiwa dan pengalaman yang saya temui dari teman2 sesama wanita


karena fisik bukanlah harga mutlak dalam sebuah pernikahan

dapat copas-an dari teman, sebuah cerita menarik bagi suami-istri yang hanya mementingkan fisik sebagai landasan pernikahan mereka...

bukan, saya bukan mengatakan fisik itu tidak penting, saya sepakat dengan penampilan yang baik dan menyenangkan di mata pasangan, tetapi itu hanya salah satu hal dalam keharmonisan rumah tangga, bukan harga mutlak!

KU BUNUH ISTRIKU SECARA PERLAHAN LAHAN 

Sesal dan sangat menyesal itu yg sampai sekarang kurang lebih lima tahun aku di tinggalkan istriku. 

Awalnya dulu tubuh istriku begitu langsing...jujur aku laki2 normal yg sangat suka jika melihat istri sendiri tampil cantik saat suami pulang kerja. 

Semua berubah saat istriku melahirkan putri kami,tubuhnya melar dan baju2 semua tidak muat... Awalnya aku berpikir mungkin karena habis melahirkan dia seperti itu..nanti pasti kurus lagi hiburku. Sampai anaku umur 3 tahun tubuh istriku tetap melar ..aku yg sering membawa istriku jalan2 ke kantor ku atau kehiburan pasti mereka bilang kok istrinya gemuk. 

Dengan sedikit memaksa aku bilang pada almarhum istriku klu dia harus berlahan lahan diet..tp semua itu nihil..aku pun berinsiatif membelikan obat diet untuk istriku ,awalnya dia keberatan tp lama2 diapun mau meminum nya... Setiap aku gajihan obat diet yg pertama aku beli untuk istriku.. 

Satu tahun tubuh istriku sudah kurus dan langsing...aku bangga dan senang apa lgi saat teman2 kantorku memuji istriku sudah tampil beda.. 

Tapi musibah itu datang saat aku berangkat kerja tiba2 istriku pingsan di ruang tamu...aku pun membawanya ke rumah sakit saat mengetahui tubuh istriku demam tinggi. Terasa runtuh dunia ini aku rasa saat dokter memvonis istriku gagal ginjal... karena meminum ibat diet dengan jangka yg panjang dan dosis tinggi. 

Aku pun berusaha agar istriku sembuh...tapi gagal genap di rumah sakit dua minggu istriku pergi meninggalkan kami.. 
Aku hanya bisa menangis histeris di sebelah tubuh istriku yg sudah menjadi mayat.. 
Aku tak percaya orang yg aku cintai itu telah pergi untuk selama lama nya karena ulahku.. 

Sampai detik ini aku berharap istriku kembali padaku...akan aku biarkan dia gemuk tak sexi lagi asal dia selalu ada di sampingku..walaupun aku tahu semua itu mustahil. Maafkan aku sayang...

Sabtu, 14 Desember 2013

perjalanan mencari guru

Pada suatu masa ada seorang raja yang sedang gundah hatinya. apa gerangan yang menjadi sebab gundahnya hati sang raja? Ternyata sebentar lagi raja harus memilih salah satu dari dua orang putra kembarnya untuk menjadi penggantinya. Raja ingin bersikap adil dalam pemilihan tersebut, namun sampai saat ini Ia belum juga menemukan cara yang tepat untuk memilih siapa di antara kedua putranya yang memang tepat menjadi penggantinya. Keduanya sama cerdasnya. Kedua putranya juga sama baik dan penurutnya.

Sang raja memikirkan cara memilih dengan adil selama berhari-hari, hingga akhirnya Ia menemukan cara yang menurutnya cukup cerdas dan adil. Akhirnya dipanggilah kedua putranya.

"Wahai Ayah, ada apa gerangan Ayah memanggil kami berdua?" Tan, salah satu putranya memberi hormat dan menanyakan maksud ayahnya memanggil mereka.

"Wahai putra-putraku, aku ingin memberikan tugas kepada masing-masing dari kalian." Jawab sang raja.

"Tugas apa wahai, Ayah?" San, salah seorang yang lain bertanya.

"Aku ingin kalian mencari seorang guru yang sangat terkenal di sebuah negeri bernama Lamana. Ia adalah seorang yang sangat bijak lagi luas ilmunya. Aku ingin kalian mencarinya lalu belajar kepadanya. Tapi ingat, jika salah satu dari kalian berhasil menemuinya lebih dulu, maka yang lain tidak boleh ikut berguru."

Tan dan San saling berpandangan. Keduanya merasa heran, namun mereka tetap menuruti perintah dari ayah mereka.

"Bagaimana, kalian sanggup menjalankan perintah ini?"

"Iya Ayah." sahut Tan dan San bersamaan.

"Baiklah, kalau begitu persiapkan diri kalian malam ini. Karena esok pagi kalian sudah harus berangkat!" titah raja.

"Besok? Baiklah Ayah, kami mohon diri untuk mempersiapkan semuanya."

Lalu Tan dan San berpamitan kepada ayah mereka karena harus mempersiapkan perbekalan yang akan dibawa untuk perjalanan mereka esok hari.

Di kamarnya, Tan memilih memasukkan banyak roti untuk ia bawa sebagai bekal makanannya. Kemudian ia memasukkan perbekalan lainnya seperti biskuit dan beberapa minuman siap minum.

Sedangkan San memilih untuk membawa beras sebagai perbekalannya. Ia juga membawa beberapa peralatan memasak yang ia perlukan. Perbekalannya sungguh banyak. Jauh berbeda dengan saudaranya, Tan.

Setelah mempersiapkan segalanya, Tan dan San tidur agar kondisi tubuh mereka fit untuk perjalanan esok hari ke negeri Lamana.

***

Paginya matahari bersinar cerah, sebuah awal yang bagus untuk perjalanan mereka. Tan dan San sudah mempersiapkan kuda mereka namun sayang, raja tidak memperbolehkan Tan dan San menaiki kuda atau kendaraan apapun. Mereka diharuskan berjalan kaki atau kalau memang ingin mendapatkan tumpangan, mereka harus mengusahakannya selama di perjalanan.

sebelum berangkat, Tan dan San berpamitan kepada ayah mereka. Tan melihat perbekalan yang dibawa oleh San, kemudian bertanya heran,

"San, mengapa bawaanmu bisa sebanyak itu? Ada panci, kompor lipat, dan beberapa peralatan lainnya? Apakah kau tidak keberatan?"

"Iya, Tan, memang aku akui bahwa perbekalanku sangat berat. namun au tidak tahu apa yang akan aku temui selama perjalanan, jadi aku membawa barang-barang yang mungkin aku perlukan."

"Ah, kau terlalu ambil pusing dengan perjalanan in, San. Bukankah letak negeri Lamana tidak sejauh negeri Yuma yang sering kau kunjungi?"

"Kau benar, Tan. Tapi bukankah kita harus mencari seseorang? Dan itu berarti kita akan lebih banyak menghabiskan waktu selain perjalanan menuju ke sana."

Tan hanya tersenyum, ia berpikir betapa repotnya menjadi San.

Setelah berpamitan, merekapun berangkat, Tan memilih jalur utara untuk menuju negeri Lamana, sedangkan San memilih jalur selatan. Tan memilih jalur utara agar lebih cepat sampai karena jalur utara terkenal dengan jalur yang tidak berliku-liku meskipun cukup gersang. Sedangkan jalur selatan yang dipilih oleh San adalah jalur berliku yang naik turun gunung.


Kamis, 05 Desember 2013

Emang Kenapa dengan Nikah Dini?

iseng2 sih sebenarnya, pengen banget nulis tentang nikah dini. kebetulan lagi bahas tentang nikah dini kemarin dengan beberapa orang teman di grup, jadilah akhirnya ada tulisan ini...

Pandangan Orang Tentang Nikah Dini

Ketika akhirnya orang tua saya, saat itu mama, mengatakan pada keluarga bahwa saya akan menikah dan tetap berkuliah ada begitu banyak ekspresi yang dikeluarkan oleh anggota keluarga besar. Sesuai dugaan saya saat itu, pasti akan banyak sekali dugaan ketika mama mengungkapkan niat saya untuk menikah saat kuliah. Sejujurnya saat itu saya tidak terlalu memusingkan dugaan orang-orang terhadap keputusan saya. Tapi ternyata setelah kejadian, orang-orang mengungkapkan pikirannya masing-masing, mau gam au itu jadi salah satu pikiran saya.

MBA (Married by Accident)
Hehehehe… ga bisa saya tolak kan kalau ternyata ada dugaan bahwa saya nekad minta nikah saat masih kuliah ya karena dikira sudah hamil duluan. Awalnya saya hanya tertawa saja ketika mama mengungkapkan salah satu dugaan keluarga besar. Tapi kok ya jadi kepikiran juga ya. Kepikirannya bukan karena apa pendapat orang terhadap niat saya, tapi justru kepikirannya sama mama. Saya takut kalau mama justru mengiyakan pemikiran itu dalam hatinya. Ikut menduga bahwa anak gadisnya yang masih imut-imut itu ternyata sudah hamil duluan dan itulah alasannya kenapa saya minta nikah ‘buru-buru’. Oh no!
Memang sih saya akui bahwa saya hidup di zaman yang makin ga jelas. Zaman di mana anak SMA bahkan sudah punya anak usia TK (bingung ya? Hehehe). Zaman di mana hubungan di luar nikah sudah menjadi rahasia umum, sama-sama tahu, tapi pada pura-pura gak tau. Maka akan menjadi sebuah kewajaran ketika akhirnya niat menikah saya yang suci (tsah) akhirnya malah ikut terwarnai fenomena ini. Menikah karena kecelakaan, hamil duluan, subhanallah… big no no dalam kamus hidup saya! Saya memang senang bergaul, tapi tetap lah saya punya rambu-rambu dalam hidup saya. I’m single and expensive, cyin! :))
Untuk mengusir pikiran MBA, saya mencoba meyakinkan mama dengan membiarkan mama memasuki hidup saya. Mengetahui kegiatan saya di kampus, mengetahui siapa teman-teman saya di kampus dan di luar kampus, memberikan kontak teman-teman dekat saya yang mungkin ingin beliau hubungi, dan tentu saja memberikan kontak calon suami saya beserta beberapa temannya. Apa gunanya? Saya ingin mama merasa bahwa saya terbuka akan segala sesuatu tentang hidup saya. Bahwa saya nyaman berbagi apapun dengan beliau. Dengan begitu saya berharap mama bisa memercayai saya seperti saya bisa memercayai mama untuk setiap hal dalam hidup saya. ;)

Kena Aliran Sesat
“Jangan-jangan Windy kena aliran sesat, Ceu!” seorang om saya mengutarakan kekhawatirannya saat rapat keluarga besar mengenai keputusan menikah saya saat itu. Memang, saat itu sedang marak modus menikah dengan tujuan merekrut seseorang untuk masuk ke sebuah aliran tertentu yang menyimpang. Berangkat dari maraknya hal tersebut, om saya juga berpikiran seperti itu, bahkan nenek saya juga sampai berpikiran seperti itu. Efeknya pada saya adalah, setiap ada kesempatan berbicara berdua, mama selalu menanyakan apakah saya diajak menikah karena orang tersebut memang ingin mengajak saya ke dalam alirannya. Atau tetiba ketika sedang menemani mama memasak di dapur, mama menceritakan tetangga nenek yang ternyata kena aliran sesat yang dimaksud. Saya tahu ke mana arah pembicaraan itu. Untuk menenangkan beliau, saya menegaskan bahwa saya tetap seorang muslim, sejak lahir, saat ini, sampai akhir hayat saya.

Untuk menenangkan hati dan pikirannya, akhirnya mama berdiskusi dengan salah seorang ustadz yang memang dipercaya di daerah rumah kami. Mama membawa segala berkas dan biodata taaruf kami, menceritakan dari A sampai Z proses kami dan semua uneg-uneg yang dipendamnya. Alhamdulillah, ustadz tersebut mendukung kami. Beliau mengatakan bahwa cara ini sesuai dengan tuntunan Islam. Tanpa berpacaran, tanpa berduaan. Mengenai mengapa hal ini masih jarang diketahui oleh masyarakat, itu karena memang masyarakat belum tahu cara yang dianjurkan oleh agama seperti apa. Alhamdulillah, jalan semakin terbuka.

Sabtu, 09 November 2013

sosok yang baik di mata saya

Di komplek perumahan saya yang memang perumahan Islam, saya melihat bahwa ternyata Islam sendiri memiliki keanekaragaman. Misalnya dalam mengaplikasikan Islam dalam kehidupan sehari-hari dan dalam cara mencari ilmu.
Dalam mengaplikasikan nilai keislaman di kehidupan sehari-hari. Ada tetangga saya yang merasa saat ini sudah cukup menutup diri dengan hanya memakai pakaian yang menutup tubuh dan tidak longgar, sementara ia memperbaiki hati dan sesekali menggunakan kerudung ketika ada acara arisan atau pengajian di musholah. Sedangkan ada yang memutuskan untuk menggunakan kerudung dan baju yang menutup aurat meski tidak selalu longgar seperti baju gamis—sepertinya saya termasuk bagian yang ini. Dan ada pula yang dengan anggunnya mengulurkan kerudung sampai di bawah dada dan berbaju longgar dalam setiap saat.
Sedangkan dalam cara mencari ilmu, ternyata ada yang mempelajarinya melalui kajian-kajian umum yang biasa disebut majelis taklim atau pengajian mingguan atau bulanan, ada yang mempelajarinya melalui pengajian khusus yang berkelompok atau yang biasa disebut dengan halaqoh atau liqoat, ada yang juga melalui sharing seperti mempelajari Islam melalui diskusi kelompok di BBM grup—di komplek perumahan saya para ibu membuat grup BBM dan memang sering mengadakan diskusi apa saja termasuk diskusi keislaman.
Nah, di antara para warga, ada seorang ibu yang saya tahu beliau adalah salah satu muslimah yang sangat menjaga nilai-nilai Islam dalam setiap sisi hidupnya. Saya mengenalnya sebagai bagian orang-orang shalih yang mengamalkan syariat Islam sesuai dengan tuntunan qur’an dan sunah. Begitupula dengan suaminya.
Dari segi berpakaian, jilbab beliau sempurna, tak pernah berhias, tak pernah berpakaian 'seadanya'. Dan dahsyatnya, beliau seperti memiliki imunitas dalam dirinya untuk tidak tergiur dengan trend mode jaman sekarang yang memang banyak sekali pilihan untuk berbusana bagi kaum wanita. Beliau dengan keanggunannya sendiri, berhasil membawa identitasnya untuk diterima dengan utuh di tengah masyarakat bahkan orang tua murid di sekolah.
Saya jadi teringat ketika beliau dengan jilbab dan gamis yang anggun, menghadiri acara tahunan sekolah anak bungsunya, kebetulan anak kami satu sekolah. Ya, beliau tetap menggunakan jilbab dan gamis, seperti kesehariannya, dan tanpa polesan make up, kecuali bedak seadanya. Meski sederhana, tapi saya tahu memang kualitas jilbab dan gamis beliau adalah kualitas butik, namun sepertinya ‘kualitas butik’ itu tidak ‘menyakiti’ atau membuat orang lain merasa rendah diri kala berdampingan dengan beliau.  
Bukan hanya itu yang saya hormati dari beliau, beliau juga pandai membawa diri dalam pergaulan masyarakat. Tidak memilih dalam bergaul, tidak eksklusif terhadap suatu golongan tertentu—padahal biasanya saya mendapati orang-orang seperti beliau lebih banyak dekat dengan komunitas yang sejalan, dan tentu saja sangat rendah hati.
Ketika saya baru pindah dulu, beliau selalu mengajak ikut kajian di tempatnya, menanyakan kabar, menawarkan bantuan, dan hal-hal baik itu tetap beliau lakukan hingga sekarang, benar-benar bukan sebuah modus untuk memikat tetangga baru atau hanya topeng agar dihormati oleh yang lebih junior. Beliau benar-benar tulus.
Saya jadi kembali teringat ketika saya pernah menjemput kedua anak saya menggunakan motor. Dengan kain gendong model kanguru saya membawa anak kedua saya di depan, sementara anak sulung saya berpegang erat di belakang. Dengan tergopoh-gopoh, beliau turun dari Honda Jazz silvernya. Saya ingat sekali kalimat beliau,
“Sayang, ikut tante aja, yuk. Mamanya kasian tuh, gendong adik juga. Yuk sama tante di mobil, kan ada kakak—anaknya—di mobil.”
Tidak ada sama sekali indikasi sekadar ramah tamah atau basa basi dari beliau. Hanya sebuah pertolongan tulus dari seorang tetangga. Bahkan beliau mengatakan, bahwa kalau memang repot, biar beliau saja yang menjemput kedua anak saya. Subhanallah.
Beliau juga sangat guyub. Dalam pengajian bulanan, kalau tidak sedang sakit, beliau pasti hadir. Ketika ada tetangga yang kena musibah, beliau pasti ada. Dan ketika sedang kumpul-kumpul misalnya dalam acara arisan warga atau sarapan bersama, beliau juga aktif turut serta. Tak ada batas, tak ada intervensi, tak ada pilah-pilih.
Ketika bertemu dengan seorang tetangga yang lain, dengan hangat beliau langsung menyapa. Menanyakan kabar anak-anaknya yang tidak dibawa serta. Atau dengan sigap memberikan bantuan apapun yang beliau bisa.
Membicarakan orang lain? Wah, beliau mah bukan ahlinya alias ga pernah heheheh. Sekali-sekalinya beliau membicarakan orang lain, beliau hanya menjelaskan bahwa bu ini adalah istri pak ini, memiliki anak si ini dan ini, itupun ketika saya baru pindah dan menanyakan siapa saja warga yang lebih dulu tinggal :D.
Dan satu lagi poin istimewa yang saya garisbawahi dari beliau adalah sikap bertanggung jawab dan penuh pengabdian pada keluarga. Meski suaminya adalah salah satu komisaris perusahaan obat terkenal, beliau tetap melakukan tugas-tugas rumah tangga seorang diri. Pernah suatu saat beliau memakai jasa ART, ketika beliau masih aktif bekerja dan anak-anak masih kecil, itupun ART yang pergi-pulang. Selebihnya sampai saat ini semua beliau kerjakan sendiri. Subhanallah.
rumah yang saya nilai cukup sederhana bagi keluarga dengan tingkat ekonomi yang cukup jauh di atas ratarata seperti keluarga sang muslimah
Meski saya tahu beliau bukanlah wanita yang sempurna, tapi menurut saya beliau adalah salah satu sosok muslimah ideal yang sangat patut saya contoh. Baik dari tanggung jawabnya terhadap keluarga, keistiqomahannya menjalankan perintah Allah, dan juga cara bergaulnya dengan masyarakat.

Selasa, 17 September 2013

pernikahan (adalah perjuangan bersama karena Allah)

Sejak awal sebelum menikah...
Kami berjuang..
Mendapatkan restu dari orang tua kami..
Tak mudah, karena kami berdua masih di bangku kuliah dan belum memiliki pekerjaan tetap, tapi suami sudah memulai usahanya...

Ketika akhirnya sudah resmi menikah,
Kami juga masih berjuang...
Sangat tidak mudah menjadi pasangan muda dengan beban rumah tangga dan kuliah kami berdua...
Jangankan memikirkan bulan madu ke berbagai kota di mancanegara atau luar daerah, untuk pergi ke dufan saja kami mengumpulkan uangnya selama sebulan. Dan setelah uang terkumpul, malah tidak jadi karena sayang melihat uang sebanyak itu untuk dipakai tamasya berdua...
Alhamdulillah Allah selalu memberi jalan...
Jadi teringat bagaimana kami harus menginap di warnet untuk menyelesaikan skripsi, karena tak memiliki komputer apalagi laptop :')

Saat menanti proses persalinan..
Kami juga masih berjuang
Berpikir bagaimana mendapatkan uang untuk persalinan dan biaya ini itu nantinya..
Alhamdulillah, Allah selalu membukakan jalan...

Saat memiliki anak pertama pun kami masih berjuang,
Selain sisi ekonomi yang belum nyaman, masih diharuskan menepati janji menyelesaikan kuliah...
Ah, jadi ingat, untuk membeli breasthpump saja (meski manual) kami berpikir berkali-kali, membandingkan harga2 dari toko ke toko..

Saat anak kedua akan lahir,
Kami juga masih berjuang...
Kini tak dari sisi ekonomi, namun dari sisi lainnya
Dan perjuangan itu panjang...
Sangat pnjang dan melelahkan...

Dan hingga hari ini pun kami masih terus berjuang
Mungkin tidak sekeras orang lain di luar sana,
Namun kami yakin kami dapat melaluinya dengan perjuangan yang sama kerasnya...

Dan esok, saya yakin, kami masih terus berjuang...
Karena hidup memang serangkaian perjuangan.
Kelak, ketika rangkaian perjuangan itu sudah terselesaikan, Allah akan nenepuk kami seolah berkata, "waktunya pulang"...




sebuah kenangan manis :)

memang belum setahun saat itu...
kami mengontrak di rumah petakan di daerah kukusan
rumah kecil, namun bagi kami yang saat itu masih mahasiswa, rumah itu sudah lebih dari cukup
dan memang uang yang kami dapat dari menjual barang2 berharga kami saat itu hanya mampu untuk menyewa rumah itu dan membeli sebuah lemari kecil dan beberapa peralatan rumah tangga lainnya...
alhamdulillah

saya ingat, rumah kontrakan kami memiliki pagar berwarna hijau, agak tinggi dari jalan, sehingga sulit bagi saya mengeluarkan dan memasukkan motor...
namun rumah kami sempurna...
ruang tamu merangkap ruang keluarga yang super kecil itu kami hiasi dengan karpet, kami letakkan rak buku kecil, tak ada kursi apalagi sofa mewah empuk untuk menjamu tamu...

ada dua buah kamar
kami memakai satu kamar untuk kamar tidur,
sedang kamar yang lain untuk tempat berbagai barang yang saat itu memang tak ada media yang menampung (lemari kami terlampau kecil untuk menampung baju kami berdua, tas-tas, buku-buku kuliah, dan benda lain tak ada tempatnya)...

namun kami bahagia, sangat bahagia...
itu adalah langkah pertama kami untuk mendewasakan diri,
untuk memulai hidup baru kami sebagai sepasang suami-istri

dan ketika itu mungkin karena kelelahan mengurus rumah, merawat suami, kuliah, dan masih berorganisasi, saya tetiba demam..

suami saya menjemput saya di kampus
membawa saya pulang dan merawat saya dengan sangat baik
sangat baik menurut saya, karena saya tahu, suami saya bahkan tidak terbiasa merawat dirinya sendiri seperti itu..
subhanallah...

di antara kesadaran yang semakn menipis, saya teringat kalimat suami saya yang sangat panik kala itu,
"masyaallah, badannya panas sekali. udah makan? mau mas bikinin makanan? atau mas beliin makanan?"
saya hanya menceracau tidak jelas, karena panas yang semakin tinggi...
lalu saya memejamkan mata, entah tertidur atau pingsan saya tidak sadar,
begitu saya membuka mata, suami saya sudah duduk di samping tempat tidur kami, memegang tangan saya...

sambil tersenyum ia berkata, "mau mas suapin makanan? mas tadi beli bubur, khawatir belum bisa ngunyah. makan ya, sedikit aja."
saya menangis, sangat terharu melihat seseorang yang baru saya kenal setengah tahun (semenjak perkenalan sampai menikah), begitu mempedulikan saya.
saya makan, disuapi olehnya. lalu kembali tertidur.

setelah saya bangun dan hendak menyelesaikan tugas yang lain,
saya ingat rumah belum dipel, cucian masih direndam, dan cucian piring masih tersisa sejak kemarin...
tetiba suami saya datang, melarang saya mengerjakan apapun,
saya lihat tangannya basah, ternyata ia baru selesai mengepel rumah dan sebelumnya sudah mencuci dan menjemurkan pakaian kami...

air mata saya hadir tanpa diundang...

betapa tidak,
saya tahu, suami saya bukan tipe yang mau mengerjakan tugas-tugas seperti ini
bahkan menurut teman-temannya, pakaiannya yang kotor suka ia buang karena tahu-tahu sudah berjamur karena lama tidak dilaundry...

sangat bertolak belakang dengan sifatnya,
apakah ini yang disebut sayang?
atau bertanggung jawab?

namun sejak saat itu, saya mengukir janji bahwa saya memang harus melayaninya sebaik mungkin

meski kami tak selalu harmonis, bahkan ketika beberapa tahun belakangan,
kami tak luput dari salah,
ternyata Allah masih memberi kami kesempatan untuk memperbaiki diri...
untuk sama-sama memenuhi janji yang sudah diucapkan--dan yang tidak diucapkan langsung--melalui pernikahan kami,
melalui janji kami langsung pada pencipta kami...

janji pada manusia saja harus dipenuhi,
apalagi janji pada pencipta kita...






untuk anak pertama bunda yang sangat dewasa, Muhammad Ikhlas Putrabuana

tanggal ini (31 juli), di waktu ini (12.29), tepat 5 tahun lalu (2008), kau lahir, nak...
setelah dua jam sebelumnya bunda harus dioper dari tempat bidan menuju rumah sakit...
dengan rute yang melewati kemacetan, perut yang kontraksinya sudah setengah menit sekali, perjalanan sekitar setengah jam itu terasa lama sekali...
sudah bukaan sepuluh, semenjak 4 malam sebelumnya bunda menanti hadirmu, tapi kau tak kunjung hadir, tak kunjung lahir...
minggu malam setelah merasakan kontraksi setengah jam sekali, kami menuju bidan yang sudah kami putuskan akan menemani kami menyambut kehadiranmu.
"baru bukaan 1 kok bu."
bidan berkata saat itu...
tapi kontraksi semakin sering, sampai akhirnya ketika dini hari kami memutuskan untuk bermalam di bidan tersebut.
detik berbuah menit, menit berbuah jam, jam akhirnya berbuah hari...
namun dari bukaan pertama sampai bukaan berikut-berikutnya berjalan sangat lama, padahal sudah diinduksi, nak..
tak terbayangkan betapa dahsyat rasanya, baru sekejap memejamkan mata, tak lama rasa sakit itu datang tanpa diminta...
hingga bukaan lengkap itu akhirnya terjadi juga, bunda dan ayah harus menunggu 3 hari lamanya, alhamdulillah...

akhirnya pukul 5 subuh bunda masuk ruang persalinan di bidan tersebut.
berharap kau segera meluncur untuk menggetarkan bumi Allah dengan syahadat pertamamu...
tapi sampai jam 9 pagi, setelah beberapa kali bidan dan timnya memandu untuk mengejan, kau tak kunjung datang.
pemeriksaan dalam kembali.
ternyata kau malah menjauh dari jalan lahir

bunda tetap berdoa untuk yang terbaik,
melafalkan dzikir yang bunda ingat,
bunda yakin, bunda masih memiliki cukup tenaga untuk membuka jalanmu ke dunia...

tapi setelah diskusi beberapa saat dan akhirnya menelpon dokter yang memang bekerja sama dengan sang bidan,
maka diputuskan untuk membawa bunda ke rumah sakit,
jalan operasi sesar pun diambil...

lalu dimulailah perjalanan 30 menit itu...
ayah menyetir dalam kondisi yang tak menentu,
bunda ditemani seorang petugas medis yang membawa infus, berada di kursi tengah.
sedangkan eyang ti dan nenek uyutmu yang saat itu juga ikut menemani di tempat bidan, saat ini sedang mempersiapkan baju untuk disusulkan ke rumah sakit.

tiba di sana, tenaga kesehatan lainnya langsung membawa bunda menggunakan kursi roda,
lalu membaringkan di sebuah tempat tidur panjang
mengukur tekanan darah, menanyai ini itu..
ketika mereka tanya mengenai air ketuban, bunda menjawab seingat bunda bahwa sampai saat ini bunda tidak merasakan adanya air ketuban yang keluar.
mereka mengecek, ternyata bahkan air ketuban telah habis tak bersisa.
dan ketika mereka tahu bukaan sudah lengkap,
mereka berusaha mengambil jalan untuk tetap melahirkan normal,
mereka memberikan aba-aba untuk mengejan,
namun cara itu tidak berhasil, meski beberapa kali dilakukan.

akhirnya dilanjutkanlah perjalanan menuju ruang operasi.
setelah tim lengkap, dimulailah semuanya...

dengan perut yang terus berkontraksi, bunda harus bisa memegang lutut, agar suntikan bius bisa dimasukkan melalui tulang bagian belakang.
Allah.. tak dapat cukup tenaga, akhirnya seorang perawat membantu bunda untuk memelengkungkan badan.
sakit? iya.
tapi berangsur sakit itu menghilang, sejalan dengan pengaruh obat yang tadi disuntikan.
lalu kebas separuh badan.
dan dimulailah semuanya.

tidak beberapa lama, seorang dokter anak mengangkatmu keluar dari perut bunda.
sedikit terisak, bukan menangis keras seperti bayi lainnya.

"ternyata terlilit beberapa lilitan di leher, bu. ini sudah mulai biru, makanya dia gak nangis. alhamdulillah langsung dibawa, gak dipaksa normal. kalau tetap normal, nyawa bayinya bisa ga selamat."
salah seorang dokter memberikan keterangan mengapa kau hanya terisak lirih.

setelah dikeluarkan cairan dari lubang hidung, mulut, dan dipotongnya tali pusat, akhirnya tangis pertamamu pecah..

alhamdulillah, selamat berjuang di dunia ini, nak.

setelah itu bunda merasa sangat mengantuk dan akhirnya tertidur.

ya, bunda merasa baru kemarin melewati detik-detik itu.
berusaha menjadi jalanmu untuk beribadah di dunia ini.
namun kini kau sudah beranjak besar, menjadi seorang anak kalem berusia 5 tahun.
seorang manusia shalih yang sangat mudah diajak bekerja sama.
seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya.
seorang hamba Allah yang sedang berusaha menghafalkan juz 30 puluh meski baru sampai al bayyinah.
seorang hamba Allah yang jika sudah masuk waktunya sholat, kau sering mengajak kami berjamaah.

nak, tumbuhlah menjadi manusia yang shalih, manusia yang menshalihkan.
yang dari kedua tanganmu, semua manfaat bisa kau sampaikan.
yang dari kedua kakimu, selalu melangkah menuju kebenaran.
yang dari kecerdasanmu selalu lahir berbagai kebaikan.
jadilah ahli syurga nak, dan jadilah perantara orang-orang menjadi ahli syurga...

barakallahu fii umrik, kak ikhlas sayang..
melalui namamu kami selalu belajar untuk bersikap dalam hidup...

maafkan kami yang belum bisa menjadi orangtua yang terbaik bagimu,
maafkan atas semua keterbatasan kami dalam mendidikmu,
maafkan kami atas semua hal yang belum sampai meski Allah telah mengamanahkannya untuk disampaikan padamu...

dari kami yang mencintaimu,
bunda dan ayah


-- Muhammad Ikhlas Putrabuana--

ketika akhirnya harus tanpa ART.. (^.^)

Ketika akhirnya kembali tidak pakai ART, ketika itu pula Ikhlas dan Ernst libur super panjang (dari tgl 8 agustus sampai 7 september), dan ketika itu pula kandungan ini tetiba sering sekali kram dan sakit...

Dan Allah menunjukkan nikmat-Nya...

Ia menganugerahkan seorang anak yang super duper dewasa...
Dengan sangat telaten ia mau menyuapi adiknya roti ketika sang bunda sedang mengepel lantai...
Dengan sabar dan perhatian dia menemani adiknya bermain dan memeluknya ketika kaget dengar suara pesawat yang entah mengapa terbang lebih rendah...
Dan, melebihi kesabaran ibunya, ia masih tersenyum dan menanyakan apa yang dimaksud oleh adiknya yang tengah menangis dan tantrum...


di episode lainnya...


Ternyata berbelanja bersama duo bocil tanpa ARTpun menjadi pengalaman tersendiri... 
Biasanya kalau belanja bulanan dan bawa dua anak shalih, selalu sama si mbak dan bawa mobil sendiri.. Sehingga tanpa ayahnya pun masih bisa mengatasi semuanya..

Tapi ketika akhirnya kebutuhan memaksa untuk melakukannya dengan kedua anak shalih, dan naik motor, ternyata berjalan lancar...

Sebelum berbelnja, ikhlas yang berperab sebagai partner bunda, sudah diminta bekerja sama untuk menjaga adiknya. Mengingatkan apa saja yang harus dibeli.

Dan alhamdulillah,
Ketika bunda meleng sedikit ke tempat sandal (karena memang butuh, tp ga masuk rencana belanja), ikhlas dengan bijak mengingatkan bahwa ada barang yang harus dibeli...
Dan sepulang belanja, ketika kedua tangan bunda sibuk membawa barang belanjaan (3 kantong besar termasuk beras 1 karung), ikhlas menggandeng tangan adiknya dan selalu mengingatkan adiknya untuk fokus berjalan mengikuti bunda agar tidak tertinggal...

Allah.. Allah.. Allah..

Sungguh, caraMu mengupgrade setiap hamba begitu unik.. Begitu indah...

Alhmdulillah...


Allah... NikmatMu yang manakah yang berani hamba dustakan..

Sabtu, 23 Februari 2013

"kekkakekkokkukukakikakakkukikikakukakukek"


"kekkakekkokkukukakikakakkukikikakukakukek"

bingung dengan kalimat di atas?
yuk coba pelan2 dibaca lagi..

kalau masih bingung, coba kita kasih jeda seperti ini..
"kek/ka/kek/kok/ku/ku/ka/ki/ka/ka/ku/ki/ki/ka/ku/ka/ku/kek"

still confuse? masih belum mengerti juga?
hayuk kita pisahkan per kata...
"kek, kakek, kok kuku kaki kakakku kiki kaku kaku, kek"

masih bingung juga?
duh.. coba baca lagi deh.
sudah mengerti? nah, sekarang coba sampaikan kalimat itu secara lengkap dan persis sama kepada orang lain. ingat, harus sama, harus lengkap!

bila ada yang masih kesusahan, yuk kita cari tahu kenapa...

ada beberapa kemungkinan dalam hal ini,
1. mungkin anda kurang konsentrasi
2. mungkin anda pelupa sehingga miss salah satu atau beberapa kata
atau..
3. mungkin otak/cara berpikir anda tidak terbiasa dengan sesuatu yang tertata, yang teratur, sebab-akibat, obyek, subyek, predikat

jika jawabannya adalah kemungkinan nomor 1 dan 2, itu masih bisa disiasati. namun kalau anda termasuk yang nomor 3, maka harus ada hal lebih yang anda lakukan. salah satunya dengan membiasakan diri menggunakan kalimat lengkap dalam berbicara.

teringat pada 5 tahun lalu, saat saya mengandung anak pertama saya, Muhammad Ikhlas Putrabuana, saya diwanti-wanti oleh suami untuk selalu mengajak janin berbicara. dan bukan asal bicara, namun menggunakan kalimat yang lengkap dan teratur,, baik kata maupun intonasi.

Awalnya saya merasa kesulitan, merasa risih, kikuk, bahkan malas. Untuk apa berbicara “sendiri” dengan kalimat yang lengkap dan teratur pula? Rajin amat ya, gue.. heheheh. Tapi saya jalani juga hal itu meski banyak missnya, misalnya bicara sekenanya pada janin saya (de, bunda cape; ah, laper nih de, mau makan; dsb), atau diam saja seolah saya tidak sedang membawa calon anak kami.

Di kemudian hari saya baru tahu manfaat berbicara pada janin, bukan hanya berbicara ya, tapi juga menggunakan kalimat lengkap yang teratur dengan intonasi yang tepat. Saya tahu hal ini dari buku dan juga dari direktur sekolah anak saya pada saat pelatihan orang tua murid di sekolah. Selain berfungsi untuk menambahkan lipatan-lipatan sel otak janin, membuat janin merasa dekat secara lahir batin (emosi dan fisik), ternyata semua perkataan yang terucap dari kita (ibu yang mengandung) dan kelak orang sekitar ibu hamil (ketika usia kehamilan semakin tua) akan direkam olehnya dan kelak akan dikeluarkan setelah ia mendapatkan kembali stimulasi yang sama (ini berlaku juga dengan alasan mengapa wanita hamil harus rajin membaca al quran, karena ketika anak nanti mendengar lagi bacaan al qur’an, semua yang dia simpan akan langsung dikeluarkan dan ini membuat ia merasa lebih tersambung/dekat dengan alqur’an), dan yang terpenting adalah berbicara dengan kalimat lengkap dan teratur akan membiasakan anak untuk berpikir runtut, teratur, dan kelak akan membuatnya menjadi pribadi yang mudah mengatur segala sesuatu dalam kehidupan pribadi maupun profesionalnya.

Membiasakan berbicara dengan kalimat lengkap dan teratur dengan intonasi yang tepat pada janin dan anak selain akan membuat mereka berpikir runtut, rapi, dan tertata, mereka juga bisa dengan mudah melihat sebab-akibat, inti masalah dan pemecahan, serta bisa menguraikan sesuatu berdasarkan jenisnya (mampu menganalisa).

Contohnya, kita kembali pada kalimat "kek, kakek, kok kuku kaki kakakku kiki kaku kaku, kek". Orang yang tidak terbiasa berpikir runtut, jelas, logis, mungkin bisa jadi mengulang kalimat tersebut dengan jelas dan benar, ini bisa jadi karena daya ingatnya kuat. Tapi pada kenyataannya akan lebih banyak orang yang mengalami kesusahan untuk mengulang kembali kalimat tersebut.


Padahal, bagi orang yang terbiasa berpikir runtut/tertata, dia akan melihat bahwa kalimat ini ditujukan pada siapa, predikatnya apa, objeknya apa, jenis kalimatnya apa. Dengan begitu meski hanya sekali mendengar atau membaca kalimat seperti ini, dia akan bisa mengulangnya langsung dengan mudah.
Ini baru satu contoh kecil dari efek berbicara dengan kalimat yang lengkap dan teratur dengan intonasi yang tepat. Bayangkan jika hal ini terus diberikan pada janin dan anak. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang seperti telah saya sebutkan sebelumnya (berpikir runtut, teratur, dan kelak akan membuatnya menjadi pribadi yang mudah mengatur segala sesuatu dalam kehidupan pribadi maupun profesionalnya).

Mungkin sulit untuk memulainya, mungkin canggung untuk membiasakannya, mungkin akan banyak tantangan dalam pengaplikasiannya, tapi kita bisa. Bukankah kita sebagai orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anak, untuk investasi kita?

Mari biasakan berbicara dengan kalimat lengkap yang teratur dengan intonasi yang tepat. Sederhana saja, tidak perlu ‘ribet’ seperti di dalam buku teks bahasa indonesia, namun jelas dan mengena.

“Kakak sudah menutup pintu kamar?”, “Ade mau bermain bola?”, “Ibu mau pergi ke supermarket, ade mau ikut?”, dsb.



Maaf lahir batin atas segala kekurangan. Mohon kritik dan masukannya ^^v

Kamis, 14 Februari 2013

Memberikan Kado Ketika Anak Berhasil Mencapai Target



anak saya yang bernama Ikhlas (4 thn) sebelumnya sudah lancar dengan toilet trainingnya, bahkan ketika malam pun ia sudah terbiasa buang air kecil sendiri di kamar mandi, tanpa membangunkan ayah bundanya. (kamar mandinya ada di dalam kamar)

namun kebiasaan baik itu lema kelamaan menghilang ketika sempat beberapa kali dia dipakaikan popok sekali pakai oleh eyangnya ketika menginap di rumah eyang dengan alasan kamar mandinya cukup jauh (kamar mandinya berada di luar kamar dan harus melewati ruang tengah dan dapur)dan sedang musim hujan jadi bisa beberapa kali ke kamar mandi.

akhirnya ketika tidur di rumah, dia sudah tidak ingat dengan kebiasaannya untuk buang air kecil di kamar mandi. so, kasur penuh dengan ompolan...

putar otak, terbersit satu ide yaitu memberikan satu targetan pada Ikhlas. dia akan mendapatkan 1 bintang untuk satu malam tanpa ompol. dan ketika sudah ada 10 bintang, dia berhak mendapatkan sepeda baru sesuai dengan harapannya. namun jika ada 1 kali ngompol, maka bintangnya akan diambil kembali sebanyak 1 bintang.

*mengapa 10? karena dalam 7-10 hari kebiasaan akan bisa dibentuk oleh anak kecil.*

dan alhamdulillah, setelah dua minggu, ikhlas kembali lagi pada kebiasaan lamanya yang buang air kecil di kamar mandi tanpa diminta.

dan sekarang saatnya Ikhlas dibelikan kado sepeda.. selamat ya, ikhlas.. ^^

oia, sebenarnya selain diberi kado, anak harus tetap diberi pengertian tujuan targetnya. seperti ikhlas yang sebelumnya sudah saya beritahu bahwa mengompol itu hanya akan membuat dirinya tidak nyaman saat tidur malam. dan dia harus tahu bahwa air seni yang menempel di celana dan kasur adalah najis yang harus dibersihkan dan merupakan tempat kuman bersarang (bisa menyebabkan gatal atau ruam). setelah dia tahu tujuannya tidak boleh mengompol, dia mau untuk mencapai target yang sudah disepakati bersama (oleh anak dan orang tua), dan semangatnya bertambah ketika dia diberikan reward berupa sepeda.

tulisan ini juga bisa dilihat di FP http://www.facebook.com/BeliKadoYuk2