Selasa, 12 April 2016

Ketika Kau hendak Poligami, Duhai Para Imam

Sungguh saya bukan seseorang yang mumpuni dalam bidang ini. saya hanya seorang wanita yang mencoba melihat poligami dari sudut pandang wanita, terkhusus istri pertama.

Saya sedang tak hendak mengingkari poligami. karena pada akhirnya saya menyadari bahwa di balik semua aturan Allah, tersembunyi (bahkan memang terang sekali) kebaikan-kebaikan yang ada. Meski kadang kita tak bisa langsung memahami dan menyadarinya.

Awalnya saya adalah seorang istri yang mengimani poligami karena memang diperbolehkan dalam Islam, namun saya tetap tak mau dipoligami. hingga akhirnya jalan Allah membawa saya pada sebuah ujian di mana mata dan hati saya terbuka untuk sebuah hal yang sangat ditakuti para wanita (menikah maupun belum) yaitu: poligami.

Dalam masa itu, saya banyak sekali berdiskusi tentang poligami dengan berbagai macam orang dengan berbagai macam latar belakang. mulai dari ustadz, ustadzah, lelaki yang berpoligami, anak-anak dari keluarga poligami, bahkan para wanita yang menjalani poligami di dalam hidupnya.
Dari banyak sekali diskusi itu, pikiran saya teraduk-aduk jadi satu. terhenyak, terhentak, sadar, miris, ah benar-benar campur aduk. Dan dengan semua pengalaman saya sebelumnya, saya bisa mengambil banyak sekali pelajaran dari semua hal ini.

Untuk para suami, mengertilah, poligami bagi kebanyakan wanita adalah hal yang sangat ditakuti atau paling tidak sangat mereka hindari dari kehidupan rumah tangga mereka. maka ketika kalian hendak menikah lagi, ingin berpoligami, mohon renungkan hal ini...
Apa yang akan dipikirkan dan terjadi oleh istri saya ketika saya memutuskan ingin berpoligami?
ketika kalian meminta istri untuk berlapang dada menerima keputusan kalian, apakah kalian juga mampu berlapang dada menjaga perasaan istri kalian saat pra, proses, dan polgami dijalankan? dan itu bukan sehari dua hari, namun seumur hidup. karena poligami kalian bukan cuma sehari dua hari kan?

jika kalian benar-benar sudah matang memutuskan berpoligami, saran saya:
1. kondisikan istri dan anak-anak dengan baik. dengan cara yang baik. dengan niat yang baik. didik istri dan anak-anak untuk memahami kenapa perlu memperluas tim di keluarga kalian. mau dibawa ke mana tim ini nantinya?
2. setelah itu, ajak istri untuk sama-sama menilai dan mempelajari siapakah wanita yang kelak menjadi orang kepercayaannya untuk sama-sama mengurus sang imam dan berbagi tugas dalam tim besar nanti. gali potensi yang bisa bikin istri dan calon partnernya nanti agar bisa ada chemistry dan klik di antara mereka. seorang imam yang baik tidak hanya mendahulukan diri dan egonya, apalagi syahwatnya, dia akan lebih mendahulukan kesejahteraan anggota keluarganya terutama istrinya dan yang pasti mendahulukan keberkahan yang ada dalam keluarga.
3. setelah istri bisa menerima dan terbuka, ajak bersilaturahim dengan calon partnernya. agar mereka saling mengenal, agar bisa saling memahami. biarkan mereka berdua duduk bersama untuk berbincang antar wanita. karena saat itu, lelaki tak akan memahami situasi yang ada, percayalah.
4. jangan bebankan istri dengan tetek bengek urusan administrasi. kalian yang mau menikah, maka kalianlah yang patut repot dengan semua masalah administrasi. bukankah istri sudah cukup lelah mengelola hatinya? bukankah kelak ia juga akan dipanggil ke pengadilan untuk bersaksi bahwa ia memang ikhlas menerima poligami sang suami? bukankah itu sudah sangat besar pengorbanannya? sudah cukup menyita hatinya dengan gundah gulana.. :)
5. bersikaplah adil pada keduanya. kantor pusat alias istri pertama butuh pendampingan dalam mengatasi luka hati yang pasti terjadi. ia butuh kehadiran suaminya untuk memastikan bahwa ia memang tak tergantikan oleh siapapun. bersikap, berempati, dan memang perlihatkanlah bahwa ia memang memiliki tempat khusus di dalam hati suaminya, dan tempat itu tak akan bisa digantikan oleh siapapun.
dan untuk kantor cabag alias istri kedua. didiklah dengan baik untuk bisa bersikap di dalam keluarga. bahwa mungkin ia akan menghadapi beberapa hal yang tak mengenakannya, bahwa ia harus siap dengan segala macam gelombang yang mungkin ada di awal. namun yakinkan bahwa suami tetap ada untuknya melewati masa-masa itu. didiklah ia untuk menghormati dan menyayangi istri pertama, karena istri pertama sudah mau memberikan sebagian kenikmatannya untuk ikut dinikmati oleh wanita lain.
6. tetap jaga keberkahan pernikahan dengan tidak berkhalwat dengan calon istri kedua (baik di ruang publik maupun prbadi seperti media sosial) sebelum kalian menikahi wanita kedua. pun untuk wanita calon istri kedua, jagalah sikap dan harga dirimu untuk tidak mengizinkan lelaki yang bukan mahrommu membawamu ke mana ia suka, apa bedanya kau dengan wanita penggoda jika kau mengizinkan lelaki yang bukan mahrom itu bertindak sesukanya atasmu?
7. khusus untuk suami: berusalah dalam pekerjaan dengan jauh lebih tekun, agar dapur di dalam keluarga besar ini tetap mengebul, jangan sampai apa yang biasa dinikmati oleh keluarga sebelumnya jadi berkurang dengan hal ini, karena sejatinya poligami menyejahterakan semua, bukan salah satu atau dua orang.
perbaiki hubungan dengan Allah terus menerus, karena seorang suami yang tidak adil sangat dekat dengan neraka. mohonlah bimbingan dalam mendidik para istri dan anak-anak agar bisa menjadi pemberat amalan baik di yaumil akhir.

sekadar sharing. agar bisa tergambar dengan lebih baik dan jelas bagaimana sebetulnya hidup berpoligami. jangan hanya bisa melihat nikmatnya saja, namun terlupa amanah yang sangat besar dan dahsyat di depan sana.

sekali lagi ini bukan tentang agama, namun hanya berdasarkan sudut pandang seorang wanita. saya tak membenci poligami, namun sungguh mulia jika seorang suami bisa memuliakan istrinya dalam berbagai hal termasuk permasalahan ini.