Selasa, 24 Juli 2012

karena menikah bukanlah pacaran yang dihalalkan...


dalam mengarungi kehidupan berumah tangga, pasti tidak banyak orang yang melaluinya dengan ayem tentrem, iya kan? nggak, nggak perlu mengangguk, angkat tangan, mengirim sms bahkan menelpon saya..^^ cukup simpan saja dalam hati.. :D

tapi kita sepakati ya, poin di atas.
bahwa tidak banyak orang yang menjalani kehidupan berumah tangganya dengan ayem tentrem a.k.a banyak yang mengalami kerikil-kerikil,  jatuh-bangun, pasang surut, bahkan topan badai hingga tsunami.

ada banyak pasangan yang seperti itu, it's mean that you are not alone!

*plis banget ga usah bayangin michael jackson lagi nyanyi.. XD

apalagi di masa-masa awal pernikahan, setidaknya 5-10 tahun pernikahan. menukil tulisan seorang saudara, kalau menurut Pak Anis Matta, dalam buku sebelum mengambil keputusan besar itu, Anis Matta mengatakan bahwa bahtera kita masuk zona badai di tahun ke 5 - 10, persiapkanlah secara matang di usia itu.

namun ada banyak pula psangan yang mampu melaluinya dengan baik, meski mereka berjalan dalam badai. badai yang kadang harus mereka hadapi bukan hanya dari pihak luar (ekonomi, kesehatan, anak, dsb), namun juga badai yang kadang diberikan oleh pasangan (kdrt, emosi yang labil, bahkan pihak ketiga).

saya menulis ini bukan karena saya mampu melalui hampir 6 tahun pernikah dengan mulus, bukan. sama sekali bukan.
kerikil-kerikil sudah banyak kami lewati, singkirkan, bahkan menusuk kaki-kaki kami selama perjalanan. bahkan tak jarang lubang besar menganga pun kami temui.
pernah terjatuh?
sering!

selama hampir 6 tahun pernikahan kami, kami melewati banyak adu argumen, beda pendapat, salah komunikasi, emosi tinggi, dan badai nestapa lainnya.
mengapakah badai nestapa? 
ya, disebut badai karena memang saat itu kami terkesan bahkan memang saling menyakitkan.
lalu kenapa nestapa?
siapa yang tidak nestapa melihat orang yang paling dikasihi, justru kita yang menyakiti?

pernah, dulu, ketika awal berumah tangga, dengan sombongnya saya menantang takdir...
"mana nih, katanya selama 5 tahun pernikahan akan banyak tantangan?"
dan akhirnya Allah menciptakan skenario indahnya yang kelak disodorkan pada saya.
dan itu membuat saya sangat kelabakan. jatuh, lalu mencoba bangun kembali. lalu kembali terjatuh, terkapar, pura-pura mati... untung ga mati beneran,,heheheh

yah, intinya ujian itu sangat indah dan memaksa saya yang sangat labil ini dan juga suami untuk belajar mendewasakan diri.
yup, ternyata trial error yang dilakukan oleh kami bukanlah sehari dua hari, sebulan dua bulan, namun bertahun-tahun.
meskipun Allah menghadiahkan masa pacaran (setelah menikah) bagi kami, selama 9-10 bulan, sebelum akhirnya saya mengandung, ternyata masa perkenalan itu memang belum cukup.
lantas, kapan cukupnya?
ya nggak akan pernah cukup. karena menikah adalah sebuah proses pembelajaran.
mengenal karakter manusia.

jujur, untuk kami yang menjalani usia pernikahan hampir 6 tahun, ternyata masih banyak ilmu pernikahan yang belum kami kuasai atau bahkan kami ketahui. dan sayangnya, memang belum ada sekolah atau kursus atau program persiapan untuk pernikahan/orang yang ingin menikah.

namun Allah, sebagai Sutradara terhebat, ternyata ga akan pernah memberikan peran sebelum artisnya mengikuti kelas akting dan lulus casting.
kerikil demi kerikil, jalan menurun maupun menanjak, lubang yang dangkal maupun yang dalam, hujan, badai, semua diberikannya. tujuannya apalagi kalau bukan untuk mendidik saya dan suami.
dan menjelang usia pernikahan ke-5, kekuatan badai dilipatgandakan berkali-kali lipat.
saya terhempas, mencoba berdiri, namun ternyata tak pernah saya temui bahwa diri saya sekuat karang...
sulit saya yakinkan diri sendiri bahwa kami bisa melewatinya.
sampai suatu ketika, saya dan suami sama-sama mengajukan keinginan kami untuk mengikuti sebuah workshop pernikahan.
saya mengajukan, begitupun dengan suami. subhanallah, ternyata kami mengajukan workshop yang sama. workshop pernikahan yang diadakan oleh pak indra noveldi.

cinta itu ibarat coklat, pahit-pahit manis...

workshop apakah?
workshop yang kami ikuti sebenarnya adalah sebuah workshop, menurut saya, mengenai ilmu dasar yang seharusnya dimiliki oleh setiap pasangan yang akan dan sudah menikah. lha kalau mau sukses dalam studi atau pekerjaan saja harus tahu ilmunya, apalagi ini, pernikahan, sebuah pekerjaan mulia seumur hidup yang kelak akan melahrkan generasi yang harus lebih baik dari kita sendiri.. *pasang head band, yosh...heheheh

jadi ternyata ada 5 hal yang harus dimiliki dalam kehidupan berumah tangga...
tujuan-->mindset yang tepat-->knowledge dan skill-->komitmen-->berserah

sebuah TUJUAN untuk sebuah niat baik
mengapa menikah harus memiliki tujuan?
coba saja bayangkan jika kita akan pergi berwisata namun tanpa tujuan. sampaikah keinginan kita berwisata? 
ya sampai dong,,, tapi ga tau sampai ke mana... heheheh
ketika ada yang mengajak ke dufan, kita hayuk aja ikut. ketika ada yang mengajak ke taman bunga, kita iya aja ngangguk. nah kalo ada yang ngajak ke hutan?
dan kalaupun kita akhirnya sampai di tempat2 wisata itu, lalu apa yang endak kita lakukan? apa yang hendak kita capai dari tempat wisata itu?
jangan sampai ketika kita sudah berada di dufan, kita justru sibuk mencari pemandangan air terjun yang indah.
atau ketika kita berada di gunung, kita lupa membawa jaket dan menghabiskan waktu dengan kedinginan alihalih menikmati pemandangan dan suasana sejuk pegunungan.
ya, sebuah tujuan. mari kita pikirkan, apa tujuan kita menikah, sudah tepatkah tujuan itu? sudah samakah dengan pasangan kita? atau malah kita belum memilikinya?

MINDSET yang tepat
mindset yang tepat pun harus kita miliki dalam menjalani pernikahan. memang ada mindset yang tidak tepat?
"sayang, terimalah aku apa adanya."
nah, itulah salah satu contoh mindset yang tidak tepat. 
kalau kita meminta pada pasangan kita untuk menerima kita apa adanya (iya kalau apa adanya kita adalah manusia baik, ramah, bermasa depan cerah, rajin, de es be. kalau kebalikannya?). lalu pasanganpun meminta kita juga untuk menerimanya apa adanya. lantas siapa yang akann menerima?
anak-anak kah?
dengan segala keterbatasan mereka?
mari perbaiki mindset kita, bahwa kita rela belajar untuk menjadi ada apa-apanya, bukan apa adanya.
bahwa kita rela menjadi lebih baik dan lebih rajin serta lebih bertanggung jawab dalam pernikahan ini (note for me!)

miliki KNOWLEDGE & SKILL yang dibutuhkan dalam pernikahan
jika kita akan melakukan presentasi saja harus tahu apa saja skill yang harus dimiliki, apalagi untuk menjalani kehidupan berumah tangga.
setidaknya kita harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
kita harus tahu bagaimana menyampaikan pendapat atau kritik pada pasangan kita.
dan sebelum memiliki kemampuan komunikasi yang baik, terlebih dulu kita harus mengenali siapa diri kita dan pasangan kita.
dengan mengetahui siapa diri kita, kta akan tahu kapan sepertinya kita butuh menenangkan diri, kapan kita bisa bersikap menyenangkan pada orang lain, dsb.
dan dengan mengenal pasangan kita, kita menjadi tahu apa yang dia suka dan tidak suka. dengan demikian akan lebih mudah menyelami hati dan pikirannya saat berkomunikasi dengannya, meskipun tentu saja kita ga selalu tepat bersikap di hadapannya.

KOMITMEN
dalam pekerjaan saja kita diminta untuk berkomitmen, apalagi dalam pernikahan...
seberapa penting komitmen dalam sebuah pernikahan?
menurut saya pribadi, sangat penting.
karena dengan komitmen, kita akan mampu melewati setiap badai yang kita temui. ah, berat bener bahasanya..tapi seriusan deh
nih ya, ketika kita sedang dilanda maslaah dengan pasangan. misalnya ribut kecil dan pasangan meminta kita untuk mengubah kebiasaan kita yang memang ternyata kurang baik.
jika kita tidak memiliki komitmen untuk terus berusaha menjaga pernikahan yang harmonis dan mau terus belajar dalam mewujudkan itu, tentu kritik yang baik itu akan terasa seperti sebuah tamparan keras nan tak berperikemanusiaan *haduh...kejam banget yak :D (note to myself!)
tapi yakinlah, kalau dengan kimtmen, seseorang akan bisa melampaui batas yang dia pikir ia ga akan sanggup untuk melewatinya.. (iya, kalimatnya agak susah, coba baca sekal lagi ya...)

dan ketika semua sudah dilakukan, BERSERAH adalah hal paling indah
setelah kita melakukan segala hal terbaik yang mampu kita usahakan dan kita berikan dalam mewujudkan rumah tangga yang harmonis dan diridhoi-Nya, tinggalah kita berserah pada Allah.
percaya kan, bahwa Allah ga pernah tidur?
maka yakinlah Ia akan memberikan hadiah yang indah atas kerja keras kita dalam mewujudkan yang terbaik dalam pernikahan ini. 
jadi jangan ragu untuk terus memberi, memberi, dan memberi... karena hanya Allah lah yang berhak memberikan balasan atas itu semua, tak perlu mengharapkannya dari pasangan kita. (lagi2, note untuk diriku sendiri...)
"Prayer is not an extra option...nor a last resource...when man works, he works... but when man prays, God works... and He will work for your best...!" (@noveldy)

dari workshop tersebut, banyak pembelajaran yang saya dapatkan, bahkan dari sharing yang para peserta tuturkan. bahwa saya dan suami ga pernah sendiri dalam menjalani pernikahan dan seluk beluknya.

bahwa pernikahan adalah sebuah hal yang patut diperjuangkan, meski itu artinya harus terjatuh, bangkit, kembali terjatuh, dan lantas bangkit menjalani semuanya hingga akhir hayat. karena itu pertanggungjawaban pada orang tua, anak-anak tercinta, dan juga Allah... (sebuah paragraf yang harus aku ukir di dalam pikiranku)

Sabtu, 14 Juli 2012

i'm shining because of u, darling

Ketika kulirik sekilas masa lalu 
Memancar pendar lemah di sana 
Bahkan kadang meredup, semakin meredup, dan akhirnya padam 
Meski akhirnya kembali memancar, ia belumlah bersinar 

Hingga di perjalanan ini Ia mempertemukan kita, 
Memilinkan benang hidupku dengan benang hidupmu 
Menyatukan yang dua hingga saling menjaga 
Mempertemukan yang terpisah untuk akhirnya bersama 

Ia mempertemukanmu denganku 
Mempertemukanku denganmu 
Karena Ia, Sang Maha Tau, 
Mengetahui bahwa aku membutuhkanmu 
Mengetahui bahwa kau membutuhkanku 
Mengetahui bahwa kaulah yg tbaik untukku 
Mengetahui bahwa akulah yg tbaik untukmu 

Dan nyatalah saat kulihat masa ini 
Ketika kebersamaan kita mengikat hampir 5 tahun waktu kita bersama 

Kebersamaan itu menjelmakan banyak gumpalan rasa 
Menyemaikan banyak sekali cinta 
Membisikkan banyak gempita asa 

Ya, kebersamaan itu membuatku nyata 
Pendar yg dulu temaram kini tlah menemukan sumber cahayanya... 

I'm shining because of u, darling 

Windy untuk buana

ayah, bunda, tolong ajari anakmu rasa malu...


Baru kemarin saya pulang dari Cibodas, menemani suami tercinta dalam acara bimbel. subhanallah pemandangan di taman cibodas, salah satu karya Allah yang patut disyukuri dan tentu saja tidak boleh dilewatkan dengan sia-sia.
sungai yang mengalir jernih, gemericik air, suara burung-burung, pepohonan hijau nan mempesona...
subhanallah, indah..
ketika sedang asyik menikmati keindahan taman cibodas, saya melihat sebuah pemandangan yang membuat saya cukup mengelus dada.
seorang ibu sedang menyuruh anaknya buang air kecil di pinggir jalan...
oke, tidak usah dibayangkan anak perempuan atau laki-laki dan dengan posisi seperti apa...

sebagai orang tua, setidaknya manusia yang berpikiran cukup rasional, tentu hal ini menjadi sebuah pemandangan yang tidak mengasyikan, bukan begitu?

saya melihat hal ini dari beberapa sisi,

pertama dari sisi kebersihan..
duhai ibu yang cantik, bukankah ibu tahu, bahwa kebersihan adalah pangkal kesehatan? atau ingatkah kalimat ini: kebersihan sebagian dari iman.
sekarang, coba tolong jelaskan pada saya, secara logis, di mana letak kebersihan yang coba ibu ajarkan?
karena, bahkan, setelah buang air kecil, sang ibu tidak membersikan anaknya dengan air, melainkan hanya dengan selembar tisu. jadi jangan bayangkan sang ibu akan mengguyur air seni anaknya dan membuang kuman-kuman yang berada di dlamnya, karena bahkan untuk kebersihan organ genital anaknya saja ia tidak peduli.
dan apakah najis yang terkandung dari air seni itu bisa dijamin tidak menempel pada orang lain yang mungkin tidak tahu bahwa anak tersebut buang air kecil di situ. lalu kalau menempel pada orang lain, lalu orang itu sholat..

kedua dari sisi kesehatan...
bukankah sudah kita ketahui, bahwa air seni mengandung kotoran/zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh? dan tidak membersihkan organ genital ternyata bisa menyebabkan penyakit infeksi saluran kemih.
lalu, membersihkannya hanya dengan tisu, apakah efektif? apakah yakin bahwa sisa air seni tidak menempel di organ genital anaknya?
bukan maksud saya untuk terlalu ekstrim, namun perhatikan ketika nanti ia mengalami gatal-gatal di area organ genitalnya, tanyakan pada dokter, apakah ada hubungannya dengan kurang bersihnya saat membilas setelah buang air.

ketiga dari sisi kesopanan...
dan ini yang saya ingin tekankan sekali.
dengan sedikit memakai sudut pandang agama saya, Islam.

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
[رواه البخاري ]

Terjemah hadits /     ترجمة الحديث :
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah :  Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka
(Riwayat Bukhori)

saat itu saya melihat, sang ibu sedang tidak mengajarkan anaknya untuk bersikap atau memelihara rasa malu. mengapa?
membuka celananya di depan umum bahkan buang air kecil bukan di toilet, apakah itu menunjukkan rasa malu?
duhai ibu, anakmu sedang memperlihatkan auratnya.
cobalah untuk mengajarinya dengan sabar dan konsisten pentingnya menutup aurat.
maka jangan salahkan jika kelak ia tidak akan malu lagi mengenakan pakaian mini, atau mengumbar auratnya kepada lawan jenis, atau yang lebih ekstrim adalah berfoto tanpa busana.

no! saya bukan sedang terlalu berlebihan, ibu sayang.
saya hanya sedang mencoba mengajak anda kembali mengingat bahwa apa yang anda ajarkan, apa yang anda perlihatkan, apa yang anda suruh pada anak anda ketika kecil, merupakan bekal atau landasan ia berpikir dan bertindak di waktu dewasa.

dan manakala ia tidak diajarkan untuk bersikap malu dengan menjaga auratnya, maka jangan salahkan bahwa ia akan memberikan toleransi pada nafsunya untuk mengumbar aurat bukan pada tempatnya.

rasa malu dapat dibentuk, ibu dan ayah sayang. dengan menjaga rasa malu maka kita juga mengajarkan anak kita sikap 'iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela).

dengan bekal malu yang cukup, ia akan senantiasa berpikir sebelum bertindak. dengan begitu, anak akan menjadi manusia bijak yang tidak hanya berorientasi pada sudut pandangnya saja, tapi juga melihat sudut pandang lain dan mempertimbangkan segala sesuatunya.

ah, ya, note kali ini terkesan menggurui ya? maafkan saya..
saya hanya menyampaikan kegundahan hati saya mengenai apa  yang saya lihat lusa kemarin. yang mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang biasa saja, namun ternyata tidak untuk saya.

mohon maaf lahir dan batin
semoga kita bisa terus saling mengingatkan dan memperbaiki diri.
nur az, jakarta, 15072012, 02:46



Senin, 27 Februari 2012

Tolong Logis Meskipun Hanya Sedikiiit Saja saat Berbicara dengan Anak

Bismillah...

Suatu hari, ketika saya pergi ke sebuah mall di bilangan Jakarta, saya melihat seorang ibu sedang berbicara dengan anaknya. Lebih tepatnya membujuk.
Rupanya sang anak tidak mau makan siang.
Berbagai cara dilakukan oleh sang ibu. Dari mulai membuat suara2 seperti kapal terbang agar anaknya mau membuka mulut dan memakan makanannya. Memberikan makanan yang disukai anaknya. Sampai akhirnya keluarlah kalimat: "kalau ga mau makan, mama tinggal di sini kamu! Mau?!"

Masyaallah... Yakin, bu?

Ada lagi, di sebuah kesempatan. Saat sedang mengantar Ernst imunisasi. Ada seorang ayah yang sedang mengawasi anak tertuanya (berumur sekitar 5-6 thn), sedangkan istrinya sedang menjaga anak keduanya di dalam ruang tunggu.
Saat itu sang anak pertama tidak mau berhenti bermain seluncuran/perosotan di playground rumah sakit. Sedangkan sang ayah sedang sibuk dengan i-pad-nya.
Mungkin maksud sang ayah, ia ingin agar anaknya berhenti bermain agar ia bisa lebih leluasa atau lebih tenang agar ia bisa lebih fokus dengan i-padnya.
Namun sang anak yang sedang asyik bermain tidak mau berhenti sesuai dengan perintah ayahnya.
Akhirnya ayahnya berkata, "ya udah, kalau kamu nggak mau berhenti bermain, nanti kamu ikut masuk sama ade, biar disuntik sama dokter!"

Ya ampun, yakin, Pak, dokter mau nyuntik anak bapak begitu saja. Tanpa alasan. Dan sedang tidak sakit? Hm...

Teringat akan dua buku dan juga sebuah pelatihan bagi orang tua dan guru, saya hanya cukup menggelengkan kepala mendengarnya.

Mengapa?

Karena menurut saya, kalimat2 bernada ancaman yang terlontar dari para orang tua itu bukanlah kalimat yang baik yang bisa diserap oleh anak. Dan yang lebih buruknya: kalimat mereka TIDAK LOGIS!

Mengapa kita harus logis dalam berbicara dengan anak, bahkan ketika kita kesal kepada mereka karena tidak menuruti perkataan kita?

Ada beberapa hal yang harus diketahui oleh kita sebagai orang tua.

1. Setiap anak adalah anak yang cerdas dan mudah mengingat namun sulit melupakan.
Lalu bagaimana lah jika saat kita berkata-kata tak logis ('mengancam' akan meninggalkan anak di suatu tempat, misalnya) lalu kita sebagai orang tua tidak membuktikannya karena hal itu tak logis, maka anak akan menganggap orang tuanya sebagai PEMBOHONG!
Coba saja, siapa yang tega meninggalkan anaknya di mall meskipun anaknya sangat bandel? (Kecuali orang tua yang berhati iblis)
Bayangkan, ketika anak diberitahu bahwa orang tuanya akan meninggalkannya di mall ketika tidak mau makan, lalu ternyata anaknya tetap tidak mau makan. Apa yang harus orang tua lakukan? Benar-benar meninggalkannya di mall, demi konsistensi kata2nya, agar tidak dibilang berbohong pada anak?
Kalimat itu justru akan menjadi simalakama bagi orang tua tersebut. Jika direalisasikan, maka dia akan kehilangan anaknya. Jika tidak direalisasikan, ia akan dianggap sebagai orang tua pembohong. Dan dampaknya akan merembet pada hal lain yaitu meremehkan kata2 orang tuanya. Biar saja saya tidak usah menuruti perkataan ibu, toh ibu tak akan merealisasikan 'ancamannya'.
Nah lho, kalau sudah begini, bagaimana?

2. Kata-kata orang tua, adalah sebuah prasasti bagi anak.
Yup, orang tua adalah dunianya anak-anak. Dari orang tua lah anak pertama kali belajar tentang semua hal, tentang lingkungannya, tentang dirinya.
Entah benar, entah bohong, anak akan percaya pada orang tuanya.
Lantas, bagaimana jika orang tua mengeluarkan kalimat2 tidak logis hanya karena tidak mau repot untuk berbicara panjang lebar agar anak percaya dan lebih cerdas? Dampaknya, anak akan menjadi manusia yang tumbuh dengan aturan2 yang tidak logis, mereka akan menjadi manusia yang hidup dan mengerjakan sesuatu bukan berdasarkan ilmu. Hal ini hanya karena kata-kata tidak logis yang sempat terlontar dari orang tuanya dan itu akan terekam seumur hidupnya (jika terus diulang-ulang).
Bunda, ayah, ingatan seorang anak akan suatu hal itu akan bertahan di alam bawah sadarnya sampai 5 tahun. Dan jika terus menerus diingatkan maka akan terus terekam di otaknya.
Ingin menghapusnya? Jangan pernah sedikitpun melakukan dan mengingatkan anak akan hal tersebut.


3. Tauladan yang baik bagi anak adalah orang tuanya.
Ya, karena anak adalah tipe pembelajar yang unggul, tipe peniru ulung, maka tanpa disadari semua tindakan dan perkataan orang tuanya akan ditiru oleh anak, meski tidak langsung.
Coba saja, jika orang tua selalu mengucapkan salam ketika hendak masuk rumah, anak akan otomatis menirunya.
Nah, bagaimana jika anak terbiasa dengan kalimat2 tidak logis dari orang tuanya? Jangan salahkan mereka jika kelak mereka akan melakukan hal-hal tidak baik akibat logikanya tak terasah dengan baik.


Nah, bukankah akan lebih indah jika kita sampaikan saja yang sebenarnya. Yang logis. Yang ilmiah. Sehingga anak jadi mengerti manfaat dari hal-hal yang dianjurkan oleh orang tuanya sekaligus menjadi sarana pembelajaran untuk mereka.
Contoh: ayo nak, makan dulu. Tahu tidak, kenapa kita perlu makan? Karena tubuh kita perlu nutrisi, perlu tenaga untuk menggerakan tangan, kaki, mata, mulut dan semua anggota tubuh kita. Lalu kalau tidak makan, maka tidak ada nutrisi yang masuk. Tubuh tidak punya tenaga. Nanti badan kita lama kelamaan bisa lemas, perut bisa sakit, bahkan bisa demam karena tubuh terus dipaksa bergerak, tapi tidak ada tenaga yang masuk untuk menggerakkannya.

Masih merasa repot? Tenang bunda, ayah, kita semua akan bisa melakukannya jika kita MAU.
Berikan yang terbaik untuk anak kita, dalam segala hal, meski itu hanya sebuah kalimat sederhana.

Yuk, kita terus belajar bersama.

Mohon maaf lahir dan batin.

-windy.buana-
Bermanfaat untuk sesama
280212, 12:00