Kamis, 24 April 2014

Seberapa Besar Investasi Kita?

Seberapa Besar Investasi Kita?

Pagi ini setelah anak-anak berangkat sekolah, saya menemukan sekumpulan semut sedang berkerumun di bawah dispenser.
Setelah saya amati, ternyata yang dikerubuti oleh semut-semut tersebut adalah air teh manis yang tumpah sedikit dari gelas yang dibawa oleh anak saya.
Tadi pagi seperti biasanya saya menanyakan pada anak-anak apa yang ingin mereka minum. Ternyata Ikhlas ingin minum teh manis tapi ia ingin membuatnya sendiri.
Dan itulah asal muasal koloni semut-semut yang berada di bawah dispenser saya pagi ini.

Di lain waktu, ernst, anak kedua saya yang lucu, sedang senang-senangnya memakai kaos kaki dan sepatu sendiri.
Mau pergi ke manapun, kapanpun, dia selalu ingin memakai kaos kaki dan sepatunya sendiri.
Anak umur 3 tahun kurang itu selalu tidak mau dibantu apalagi dipakaikan sepatunya oleh saya, ayahnya, ataupun orang lain.
Mau mencong2 itu kaos kaki, atau pendek sebelah, atau bahkan terbalik, ernst tetap berusaha dengan gigih seorang diri dan sangat bangga dengan hasil akhirnya.
Sepertinya melalui binar matanya yang bulat itu dia ingin mengatakan, "hei lihat, aku sudah mahir memakai sepatu sendiri, lho!"
Padahal ya, tak jarang kami harus bergegas dalam berangkat ke sebuah acara.
Tapi, tetap saja, kami harus mempersilakan ernst memakai kaos kaki dan sepatunya seorang diri.

------------------------------------------

Sering ya sepertinya kita menemukan dua hal di atas.
Anak ingin melakukan semuanya sendiri.
Ya, itu sebuah tahapan di mana rasa kemandiriannya muncul.
Sebuah tahapan di mana dia ingin bilang, "aku sudah besar dan aku bisa, jangan meremehkan kemampuanku!"
Sebuah tahapan di mana dia sangat ingin berusaha sendiri dan puas dengan hasil akhirnya, meski kita kadang melihatnya tak sempurna.

Sebenarnya untuk apa sih kita repot-repot membiarkan anak-anak seperti itu?
Emang ga risih melihat lantai jadi kotor begitu?
Emangnya ga bakalan berantakan semua janji karena kelamaan nungguin anak pakai kaos kaki dan sepatu sendiri?
Atau mungkin di lain kesempatan akan kita dapati sabun mandi yang tumpah di lantai kamar mandi,
Atau mungkin dapur yang penuh dengan ceceran terigu,
Dan lain sebagainya...

Itu investasi kita, lho...
Investasi untuk kemandirian mereka.
Coba saja kalau kita tidak membiarkan mereka melakukan hal-hal yang memang seharusnya sudah bisa mereka lakukan sendiri, rasa mandiri mereka akan layu, lama kelamaan mati.
Dan voila, selamat datang anak manja...
"Bi, pakein sepatu!"
"Mba, ambilin tasku!"
"Ma, aku ga bisa ini!"
Dsb...

Itu investasi, lho...
Investasi untuk rasa bisa mereka dan keyakinan bahwa aku bisa dan tak akan menyerah!
Coba saja kalau hanya karena ga mau lantai jadi kotor, lalu kita bilang,
"Udah, bunda yang buatin tehnya ya."
Atau hanya karena sudah kesiangan akhirnya si ayah bilang, "sini, biar ayah yang pakein sepatunya."
Lalu jiwa mereka yang penuh tantangan dan pantang menyerah itu meredup, lama kelamaan mati.
Dan selamat datang generasi pemalas...
"Aku maunya disuapin."
"Aku ga mau ngerjain itu, kan masih ada bunda."
"Aku ga mau beresin mainan, kan ada si mba."
"Aku ga bisa ah, susah!"

Jadi lebih baik kita sedikit berinvestasi dengan lantai yang kotor, dengan dapur yang berantakan, dengan waktu yang agak lebih lama, dengan ekstra kesabaran...

Apa susahnya?
Lantai kotor? Tinggal bersihkan sebentar.
Anak manja? Alamak, harus dilatih berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk menghilangkan kemanjaannya.

Spend more time? Ya ga papa lah, kalau ga mau terlambat, ya tinggal lebih ditambahkan saja waktu persiapannya. Atau kalau memang sudah sangat mendesak, coba saja jelaskan pada orang yang sedang menunggu kita bahwa ada keterlambatan sedikit.
Daripada memiliki anak yang tak berdaya juang?
Wuidih, harus jadi trainer motivator nih untuk membangkitkan kembali daya juang mereka. Dan itu ga instan, butuh lebih banyak usaha dibandingkan jika kita berinvestasi di saat mereka sedang mengembangkan daya juangnya...

Jadi ayah, bunda, papa, mama, mommy, daddy, mami, papi, ummi, abi, abah, ambu... Lebih baik kita berinvestasi di kala mereka memang sedang masanya, daripada kita harus mengeluarkan usaha lebih karena mereka terlanjur terbentuk sebagai pribadi yang tidak baik.

Memang butuh ekstra sabar, memang butuh ekstra usaha...
Makanya banyak yang bilang kalau jadi orang tua itu susah...
Tapi susah itu bukan berarti ga bisa, kan...

Ayo kita belajar lagi... Belajar terus... Sampai akhir hayat...

Maaf lahir bathin :)
IEOz