Kamis, 26 Desember 2013

Aku Gak Habis Pikir, Kenapa Kau Memilihnya?

sampai detik ini aku masih bingung,
aku masih mengais-ngais ke dalam logikaku,
mencaricari bahkan di sudut pemikiran yang paling bodoh di kepalaku,
apa alasanmu memilihnya?

dengan alasan fisik saja aku tau dia tidak lebih dariku, coba saja kau tanyakan pada hatimu
dengan alasan attitude, jelas saja dia kalah telak dariku, bahkan bisa kujamin meski dia berlatih di sekolah kepribadian hingga 5 tahun!
dengan alasan kepintaran? maaf, bukan aku mengejeknya bodoh, namun kau coba saja bandingkan dari hal yang tampak di permukaan, lihat almamaterku dan lihat almamaternya!
dengan alasan apalagi?

bukankah aku lebih segalanya dari dia?

apa dia mau menerimamu ketika setumpuk kartu berharga itu belumlah nyaman di dompetmu?
apakah dia mau menerimamu ketika tampilanmu tak sekelas dengan para artis itu?
apakah dia mau menerimamu ketika kau tampak seperti awal-awal kita bertemu lebih dari bertahun-tahun lalu?

dia memberimu anak?
dia merawatmu?
dia yang berjanji mendampingimu sehidup semati?

aku yakin bukan.
karena hanya dengan barang-barang yang katanya 'lucu' saja dia sudah bisa menerimamu...
wajar bagi dirinya yang masih labil dengan silau dunia dan pergaulan umum remaja..

hm, aku masih terus bertanya, hingga akhirnya ada yang membisikanku sebuah jawaban sederhana,
saat itu kau melihatnya karena nafsu belaka...

bukan, bukan aku yang menjawab,
murni kudapat setelah terisak di sepertiga malam,
melalui desau angin,
lembut turun dari langit...

dan Tuhan masih menjagamu,
no, bukan untukku,
tapi justru untuk dirimu sendiri,
untuk keberlangsungan hidupmu,
keberlangsungan impian-impianmu...

kau terlalu rapuh untuk kutinggalkan,
mungkin ini tujuan Tuhan mengirimku sebagai pendampingmu...

dan tentangnya?
ah, hanya sampah tercecer di taman kita yang jatuh dari tempatnya.
tunggu saja esok pagi, pasti petugas kebersihan sudah menyatukannya dengan teman-teman sampahnya yang lain :)

*sebuah tulisan yang terinspirasi dari berbagai peristiwa dan pengalaman yang saya temui dari teman2 sesama wanita


karena fisik bukanlah harga mutlak dalam sebuah pernikahan

dapat copas-an dari teman, sebuah cerita menarik bagi suami-istri yang hanya mementingkan fisik sebagai landasan pernikahan mereka...

bukan, saya bukan mengatakan fisik itu tidak penting, saya sepakat dengan penampilan yang baik dan menyenangkan di mata pasangan, tetapi itu hanya salah satu hal dalam keharmonisan rumah tangga, bukan harga mutlak!

KU BUNUH ISTRIKU SECARA PERLAHAN LAHAN 

Sesal dan sangat menyesal itu yg sampai sekarang kurang lebih lima tahun aku di tinggalkan istriku. 

Awalnya dulu tubuh istriku begitu langsing...jujur aku laki2 normal yg sangat suka jika melihat istri sendiri tampil cantik saat suami pulang kerja. 

Semua berubah saat istriku melahirkan putri kami,tubuhnya melar dan baju2 semua tidak muat... Awalnya aku berpikir mungkin karena habis melahirkan dia seperti itu..nanti pasti kurus lagi hiburku. Sampai anaku umur 3 tahun tubuh istriku tetap melar ..aku yg sering membawa istriku jalan2 ke kantor ku atau kehiburan pasti mereka bilang kok istrinya gemuk. 

Dengan sedikit memaksa aku bilang pada almarhum istriku klu dia harus berlahan lahan diet..tp semua itu nihil..aku pun berinsiatif membelikan obat diet untuk istriku ,awalnya dia keberatan tp lama2 diapun mau meminum nya... Setiap aku gajihan obat diet yg pertama aku beli untuk istriku.. 

Satu tahun tubuh istriku sudah kurus dan langsing...aku bangga dan senang apa lgi saat teman2 kantorku memuji istriku sudah tampil beda.. 

Tapi musibah itu datang saat aku berangkat kerja tiba2 istriku pingsan di ruang tamu...aku pun membawanya ke rumah sakit saat mengetahui tubuh istriku demam tinggi. Terasa runtuh dunia ini aku rasa saat dokter memvonis istriku gagal ginjal... karena meminum ibat diet dengan jangka yg panjang dan dosis tinggi. 

Aku pun berusaha agar istriku sembuh...tapi gagal genap di rumah sakit dua minggu istriku pergi meninggalkan kami.. 
Aku hanya bisa menangis histeris di sebelah tubuh istriku yg sudah menjadi mayat.. 
Aku tak percaya orang yg aku cintai itu telah pergi untuk selama lama nya karena ulahku.. 

Sampai detik ini aku berharap istriku kembali padaku...akan aku biarkan dia gemuk tak sexi lagi asal dia selalu ada di sampingku..walaupun aku tahu semua itu mustahil. Maafkan aku sayang...

Sabtu, 14 Desember 2013

perjalanan mencari guru

Pada suatu masa ada seorang raja yang sedang gundah hatinya. apa gerangan yang menjadi sebab gundahnya hati sang raja? Ternyata sebentar lagi raja harus memilih salah satu dari dua orang putra kembarnya untuk menjadi penggantinya. Raja ingin bersikap adil dalam pemilihan tersebut, namun sampai saat ini Ia belum juga menemukan cara yang tepat untuk memilih siapa di antara kedua putranya yang memang tepat menjadi penggantinya. Keduanya sama cerdasnya. Kedua putranya juga sama baik dan penurutnya.

Sang raja memikirkan cara memilih dengan adil selama berhari-hari, hingga akhirnya Ia menemukan cara yang menurutnya cukup cerdas dan adil. Akhirnya dipanggilah kedua putranya.

"Wahai Ayah, ada apa gerangan Ayah memanggil kami berdua?" Tan, salah satu putranya memberi hormat dan menanyakan maksud ayahnya memanggil mereka.

"Wahai putra-putraku, aku ingin memberikan tugas kepada masing-masing dari kalian." Jawab sang raja.

"Tugas apa wahai, Ayah?" San, salah seorang yang lain bertanya.

"Aku ingin kalian mencari seorang guru yang sangat terkenal di sebuah negeri bernama Lamana. Ia adalah seorang yang sangat bijak lagi luas ilmunya. Aku ingin kalian mencarinya lalu belajar kepadanya. Tapi ingat, jika salah satu dari kalian berhasil menemuinya lebih dulu, maka yang lain tidak boleh ikut berguru."

Tan dan San saling berpandangan. Keduanya merasa heran, namun mereka tetap menuruti perintah dari ayah mereka.

"Bagaimana, kalian sanggup menjalankan perintah ini?"

"Iya Ayah." sahut Tan dan San bersamaan.

"Baiklah, kalau begitu persiapkan diri kalian malam ini. Karena esok pagi kalian sudah harus berangkat!" titah raja.

"Besok? Baiklah Ayah, kami mohon diri untuk mempersiapkan semuanya."

Lalu Tan dan San berpamitan kepada ayah mereka karena harus mempersiapkan perbekalan yang akan dibawa untuk perjalanan mereka esok hari.

Di kamarnya, Tan memilih memasukkan banyak roti untuk ia bawa sebagai bekal makanannya. Kemudian ia memasukkan perbekalan lainnya seperti biskuit dan beberapa minuman siap minum.

Sedangkan San memilih untuk membawa beras sebagai perbekalannya. Ia juga membawa beberapa peralatan memasak yang ia perlukan. Perbekalannya sungguh banyak. Jauh berbeda dengan saudaranya, Tan.

Setelah mempersiapkan segalanya, Tan dan San tidur agar kondisi tubuh mereka fit untuk perjalanan esok hari ke negeri Lamana.

***

Paginya matahari bersinar cerah, sebuah awal yang bagus untuk perjalanan mereka. Tan dan San sudah mempersiapkan kuda mereka namun sayang, raja tidak memperbolehkan Tan dan San menaiki kuda atau kendaraan apapun. Mereka diharuskan berjalan kaki atau kalau memang ingin mendapatkan tumpangan, mereka harus mengusahakannya selama di perjalanan.

sebelum berangkat, Tan dan San berpamitan kepada ayah mereka. Tan melihat perbekalan yang dibawa oleh San, kemudian bertanya heran,

"San, mengapa bawaanmu bisa sebanyak itu? Ada panci, kompor lipat, dan beberapa peralatan lainnya? Apakah kau tidak keberatan?"

"Iya, Tan, memang aku akui bahwa perbekalanku sangat berat. namun au tidak tahu apa yang akan aku temui selama perjalanan, jadi aku membawa barang-barang yang mungkin aku perlukan."

"Ah, kau terlalu ambil pusing dengan perjalanan in, San. Bukankah letak negeri Lamana tidak sejauh negeri Yuma yang sering kau kunjungi?"

"Kau benar, Tan. Tapi bukankah kita harus mencari seseorang? Dan itu berarti kita akan lebih banyak menghabiskan waktu selain perjalanan menuju ke sana."

Tan hanya tersenyum, ia berpikir betapa repotnya menjadi San.

Setelah berpamitan, merekapun berangkat, Tan memilih jalur utara untuk menuju negeri Lamana, sedangkan San memilih jalur selatan. Tan memilih jalur utara agar lebih cepat sampai karena jalur utara terkenal dengan jalur yang tidak berliku-liku meskipun cukup gersang. Sedangkan jalur selatan yang dipilih oleh San adalah jalur berliku yang naik turun gunung.


Kamis, 05 Desember 2013

Emang Kenapa dengan Nikah Dini?

iseng2 sih sebenarnya, pengen banget nulis tentang nikah dini. kebetulan lagi bahas tentang nikah dini kemarin dengan beberapa orang teman di grup, jadilah akhirnya ada tulisan ini...

Pandangan Orang Tentang Nikah Dini

Ketika akhirnya orang tua saya, saat itu mama, mengatakan pada keluarga bahwa saya akan menikah dan tetap berkuliah ada begitu banyak ekspresi yang dikeluarkan oleh anggota keluarga besar. Sesuai dugaan saya saat itu, pasti akan banyak sekali dugaan ketika mama mengungkapkan niat saya untuk menikah saat kuliah. Sejujurnya saat itu saya tidak terlalu memusingkan dugaan orang-orang terhadap keputusan saya. Tapi ternyata setelah kejadian, orang-orang mengungkapkan pikirannya masing-masing, mau gam au itu jadi salah satu pikiran saya.

MBA (Married by Accident)
Hehehehe… ga bisa saya tolak kan kalau ternyata ada dugaan bahwa saya nekad minta nikah saat masih kuliah ya karena dikira sudah hamil duluan. Awalnya saya hanya tertawa saja ketika mama mengungkapkan salah satu dugaan keluarga besar. Tapi kok ya jadi kepikiran juga ya. Kepikirannya bukan karena apa pendapat orang terhadap niat saya, tapi justru kepikirannya sama mama. Saya takut kalau mama justru mengiyakan pemikiran itu dalam hatinya. Ikut menduga bahwa anak gadisnya yang masih imut-imut itu ternyata sudah hamil duluan dan itulah alasannya kenapa saya minta nikah ‘buru-buru’. Oh no!
Memang sih saya akui bahwa saya hidup di zaman yang makin ga jelas. Zaman di mana anak SMA bahkan sudah punya anak usia TK (bingung ya? Hehehe). Zaman di mana hubungan di luar nikah sudah menjadi rahasia umum, sama-sama tahu, tapi pada pura-pura gak tau. Maka akan menjadi sebuah kewajaran ketika akhirnya niat menikah saya yang suci (tsah) akhirnya malah ikut terwarnai fenomena ini. Menikah karena kecelakaan, hamil duluan, subhanallah… big no no dalam kamus hidup saya! Saya memang senang bergaul, tapi tetap lah saya punya rambu-rambu dalam hidup saya. I’m single and expensive, cyin! :))
Untuk mengusir pikiran MBA, saya mencoba meyakinkan mama dengan membiarkan mama memasuki hidup saya. Mengetahui kegiatan saya di kampus, mengetahui siapa teman-teman saya di kampus dan di luar kampus, memberikan kontak teman-teman dekat saya yang mungkin ingin beliau hubungi, dan tentu saja memberikan kontak calon suami saya beserta beberapa temannya. Apa gunanya? Saya ingin mama merasa bahwa saya terbuka akan segala sesuatu tentang hidup saya. Bahwa saya nyaman berbagi apapun dengan beliau. Dengan begitu saya berharap mama bisa memercayai saya seperti saya bisa memercayai mama untuk setiap hal dalam hidup saya. ;)

Kena Aliran Sesat
“Jangan-jangan Windy kena aliran sesat, Ceu!” seorang om saya mengutarakan kekhawatirannya saat rapat keluarga besar mengenai keputusan menikah saya saat itu. Memang, saat itu sedang marak modus menikah dengan tujuan merekrut seseorang untuk masuk ke sebuah aliran tertentu yang menyimpang. Berangkat dari maraknya hal tersebut, om saya juga berpikiran seperti itu, bahkan nenek saya juga sampai berpikiran seperti itu. Efeknya pada saya adalah, setiap ada kesempatan berbicara berdua, mama selalu menanyakan apakah saya diajak menikah karena orang tersebut memang ingin mengajak saya ke dalam alirannya. Atau tetiba ketika sedang menemani mama memasak di dapur, mama menceritakan tetangga nenek yang ternyata kena aliran sesat yang dimaksud. Saya tahu ke mana arah pembicaraan itu. Untuk menenangkan beliau, saya menegaskan bahwa saya tetap seorang muslim, sejak lahir, saat ini, sampai akhir hayat saya.

Untuk menenangkan hati dan pikirannya, akhirnya mama berdiskusi dengan salah seorang ustadz yang memang dipercaya di daerah rumah kami. Mama membawa segala berkas dan biodata taaruf kami, menceritakan dari A sampai Z proses kami dan semua uneg-uneg yang dipendamnya. Alhamdulillah, ustadz tersebut mendukung kami. Beliau mengatakan bahwa cara ini sesuai dengan tuntunan Islam. Tanpa berpacaran, tanpa berduaan. Mengenai mengapa hal ini masih jarang diketahui oleh masyarakat, itu karena memang masyarakat belum tahu cara yang dianjurkan oleh agama seperti apa. Alhamdulillah, jalan semakin terbuka.