Sabtu, 14 Juli 2012

ayah, bunda, tolong ajari anakmu rasa malu...


Baru kemarin saya pulang dari Cibodas, menemani suami tercinta dalam acara bimbel. subhanallah pemandangan di taman cibodas, salah satu karya Allah yang patut disyukuri dan tentu saja tidak boleh dilewatkan dengan sia-sia.
sungai yang mengalir jernih, gemericik air, suara burung-burung, pepohonan hijau nan mempesona...
subhanallah, indah..
ketika sedang asyik menikmati keindahan taman cibodas, saya melihat sebuah pemandangan yang membuat saya cukup mengelus dada.
seorang ibu sedang menyuruh anaknya buang air kecil di pinggir jalan...
oke, tidak usah dibayangkan anak perempuan atau laki-laki dan dengan posisi seperti apa...

sebagai orang tua, setidaknya manusia yang berpikiran cukup rasional, tentu hal ini menjadi sebuah pemandangan yang tidak mengasyikan, bukan begitu?

saya melihat hal ini dari beberapa sisi,

pertama dari sisi kebersihan..
duhai ibu yang cantik, bukankah ibu tahu, bahwa kebersihan adalah pangkal kesehatan? atau ingatkah kalimat ini: kebersihan sebagian dari iman.
sekarang, coba tolong jelaskan pada saya, secara logis, di mana letak kebersihan yang coba ibu ajarkan?
karena, bahkan, setelah buang air kecil, sang ibu tidak membersikan anaknya dengan air, melainkan hanya dengan selembar tisu. jadi jangan bayangkan sang ibu akan mengguyur air seni anaknya dan membuang kuman-kuman yang berada di dlamnya, karena bahkan untuk kebersihan organ genital anaknya saja ia tidak peduli.
dan apakah najis yang terkandung dari air seni itu bisa dijamin tidak menempel pada orang lain yang mungkin tidak tahu bahwa anak tersebut buang air kecil di situ. lalu kalau menempel pada orang lain, lalu orang itu sholat..

kedua dari sisi kesehatan...
bukankah sudah kita ketahui, bahwa air seni mengandung kotoran/zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh? dan tidak membersihkan organ genital ternyata bisa menyebabkan penyakit infeksi saluran kemih.
lalu, membersihkannya hanya dengan tisu, apakah efektif? apakah yakin bahwa sisa air seni tidak menempel di organ genital anaknya?
bukan maksud saya untuk terlalu ekstrim, namun perhatikan ketika nanti ia mengalami gatal-gatal di area organ genitalnya, tanyakan pada dokter, apakah ada hubungannya dengan kurang bersihnya saat membilas setelah buang air.

ketiga dari sisi kesopanan...
dan ini yang saya ingin tekankan sekali.
dengan sedikit memakai sudut pandang agama saya, Islam.

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
[رواه البخاري ]

Terjemah hadits /     ترجمة الحديث :
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah :  Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka
(Riwayat Bukhori)

saat itu saya melihat, sang ibu sedang tidak mengajarkan anaknya untuk bersikap atau memelihara rasa malu. mengapa?
membuka celananya di depan umum bahkan buang air kecil bukan di toilet, apakah itu menunjukkan rasa malu?
duhai ibu, anakmu sedang memperlihatkan auratnya.
cobalah untuk mengajarinya dengan sabar dan konsisten pentingnya menutup aurat.
maka jangan salahkan jika kelak ia tidak akan malu lagi mengenakan pakaian mini, atau mengumbar auratnya kepada lawan jenis, atau yang lebih ekstrim adalah berfoto tanpa busana.

no! saya bukan sedang terlalu berlebihan, ibu sayang.
saya hanya sedang mencoba mengajak anda kembali mengingat bahwa apa yang anda ajarkan, apa yang anda perlihatkan, apa yang anda suruh pada anak anda ketika kecil, merupakan bekal atau landasan ia berpikir dan bertindak di waktu dewasa.

dan manakala ia tidak diajarkan untuk bersikap malu dengan menjaga auratnya, maka jangan salahkan bahwa ia akan memberikan toleransi pada nafsunya untuk mengumbar aurat bukan pada tempatnya.

rasa malu dapat dibentuk, ibu dan ayah sayang. dengan menjaga rasa malu maka kita juga mengajarkan anak kita sikap 'iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela).

dengan bekal malu yang cukup, ia akan senantiasa berpikir sebelum bertindak. dengan begitu, anak akan menjadi manusia bijak yang tidak hanya berorientasi pada sudut pandangnya saja, tapi juga melihat sudut pandang lain dan mempertimbangkan segala sesuatunya.

ah, ya, note kali ini terkesan menggurui ya? maafkan saya..
saya hanya menyampaikan kegundahan hati saya mengenai apa  yang saya lihat lusa kemarin. yang mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang biasa saja, namun ternyata tidak untuk saya.

mohon maaf lahir dan batin
semoga kita bisa terus saling mengingatkan dan memperbaiki diri.
nur az, jakarta, 15072012, 02:46



Tidak ada komentar:

Posting Komentar