Selasa, 17 September 2013

sebuah kenangan manis :)

memang belum setahun saat itu...
kami mengontrak di rumah petakan di daerah kukusan
rumah kecil, namun bagi kami yang saat itu masih mahasiswa, rumah itu sudah lebih dari cukup
dan memang uang yang kami dapat dari menjual barang2 berharga kami saat itu hanya mampu untuk menyewa rumah itu dan membeli sebuah lemari kecil dan beberapa peralatan rumah tangga lainnya...
alhamdulillah

saya ingat, rumah kontrakan kami memiliki pagar berwarna hijau, agak tinggi dari jalan, sehingga sulit bagi saya mengeluarkan dan memasukkan motor...
namun rumah kami sempurna...
ruang tamu merangkap ruang keluarga yang super kecil itu kami hiasi dengan karpet, kami letakkan rak buku kecil, tak ada kursi apalagi sofa mewah empuk untuk menjamu tamu...

ada dua buah kamar
kami memakai satu kamar untuk kamar tidur,
sedang kamar yang lain untuk tempat berbagai barang yang saat itu memang tak ada media yang menampung (lemari kami terlampau kecil untuk menampung baju kami berdua, tas-tas, buku-buku kuliah, dan benda lain tak ada tempatnya)...

namun kami bahagia, sangat bahagia...
itu adalah langkah pertama kami untuk mendewasakan diri,
untuk memulai hidup baru kami sebagai sepasang suami-istri

dan ketika itu mungkin karena kelelahan mengurus rumah, merawat suami, kuliah, dan masih berorganisasi, saya tetiba demam..

suami saya menjemput saya di kampus
membawa saya pulang dan merawat saya dengan sangat baik
sangat baik menurut saya, karena saya tahu, suami saya bahkan tidak terbiasa merawat dirinya sendiri seperti itu..
subhanallah...

di antara kesadaran yang semakn menipis, saya teringat kalimat suami saya yang sangat panik kala itu,
"masyaallah, badannya panas sekali. udah makan? mau mas bikinin makanan? atau mas beliin makanan?"
saya hanya menceracau tidak jelas, karena panas yang semakin tinggi...
lalu saya memejamkan mata, entah tertidur atau pingsan saya tidak sadar,
begitu saya membuka mata, suami saya sudah duduk di samping tempat tidur kami, memegang tangan saya...

sambil tersenyum ia berkata, "mau mas suapin makanan? mas tadi beli bubur, khawatir belum bisa ngunyah. makan ya, sedikit aja."
saya menangis, sangat terharu melihat seseorang yang baru saya kenal setengah tahun (semenjak perkenalan sampai menikah), begitu mempedulikan saya.
saya makan, disuapi olehnya. lalu kembali tertidur.

setelah saya bangun dan hendak menyelesaikan tugas yang lain,
saya ingat rumah belum dipel, cucian masih direndam, dan cucian piring masih tersisa sejak kemarin...
tetiba suami saya datang, melarang saya mengerjakan apapun,
saya lihat tangannya basah, ternyata ia baru selesai mengepel rumah dan sebelumnya sudah mencuci dan menjemurkan pakaian kami...

air mata saya hadir tanpa diundang...

betapa tidak,
saya tahu, suami saya bukan tipe yang mau mengerjakan tugas-tugas seperti ini
bahkan menurut teman-temannya, pakaiannya yang kotor suka ia buang karena tahu-tahu sudah berjamur karena lama tidak dilaundry...

sangat bertolak belakang dengan sifatnya,
apakah ini yang disebut sayang?
atau bertanggung jawab?

namun sejak saat itu, saya mengukir janji bahwa saya memang harus melayaninya sebaik mungkin

meski kami tak selalu harmonis, bahkan ketika beberapa tahun belakangan,
kami tak luput dari salah,
ternyata Allah masih memberi kami kesempatan untuk memperbaiki diri...
untuk sama-sama memenuhi janji yang sudah diucapkan--dan yang tidak diucapkan langsung--melalui pernikahan kami,
melalui janji kami langsung pada pencipta kami...

janji pada manusia saja harus dipenuhi,
apalagi janji pada pencipta kita...






Tidak ada komentar:

Posting Komentar