Selasa, 11 April 2017

~ Gadis atau Janda, Mana Lebih Utama ~

~ Gadis atau Janda, Mana Lebih Utama ~

sumber gambar: dari sini



sumber gambar: dari sini

Haduh ini judulnya udah provokatif hahaha... maaf ya, ini sekadar meluruskan status FB  saya ini yang saya buat beberapa hari yang lalu yang mungkin pada akhirnya seperti multi tafsir. bahwa saya sedang tidak menyuruh para bapak jika ingin poligami lalu jangan memilih yang muda, biar ngikutin Rasulullah... hehehe..
Status FB saya murni tentang yang mau menikah, janganlah terpaku dengan usia calon istri, karena Rasulullah saja tidak terpaku di bagian itu. untuk lengkapnya kenapa saya membuat status itu, mungkin bisa lihat tulisan saya sebelumnya di sini.
Dari status saya tersebut jadi memanjang ke sebuah mindset yang jamak kita ketahui saat seorang pria memilih jodoh yang masih gadis dan muda. dalam hal ini pasti banyak sekali ustadz yang menukil hadist dari Jabir bin Abdullah,
"Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menemuiku kemudian bersabda, 'Wahai Jabir, apakah engkau telah menikahi seorang perempuan? Saya katakan, "Ya, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Gadis atau Janda?' Saya katakan, 'Janda.' Maka beliau bertanya, 'Mengapa engkau tidak menikahi gadis agar engkau dapat bermain-main dengannya dan dia bermain-main denganmu?'" (HR an Nasai, no.3220)
Kalimat terakhir ituah yang biasanya dijadikan argumentasi para pria untuk mencari pasangan yang masih gadis dan yang biasanya lebih muda. memang tidak ada yang salah. mencari pasangan memang sesuai selera masing-masing, kliknya di mana, dengan yang tipe seperti apa, dengan model macam mana. meski Rasulullah sendiri telah mengajarkan memilih pendamping yang baik itu seperti apa (dan tak ada yang harus muda atau gadis dalam tuntunan tersebut :D).
Nah, yang banyak belum diketahui adalah dalam beberapa riwayat, hadits itu belum selesai.
(lanjutan dari hadits di atas)
"Aku menjawab, 'Aku punya adik-adik perempuan (yang dipelihara karena ayahnya sudah tiada) dan aku tidak ingin menimbulkan persaingan di antara mereka (karena sama-sama masih muda).' Rasulullah berkata, 'Keputusanmu itu lebih baik.'" (HR Ibnu Majah no.1860)
"Maka saya katakan, 'Wahai Rasulullah, saya memiliki beberapa saudara perempuan dan saya khawatir ia akan menjadi penghalang antara diriku dan mereka.' beliau bersabda, "Itulah pilihan yang benar. sesungguhnya, seorang perempuan dinikahi karena agamanya, hartanya, dan kecantikannya. carilah yang beragama baik maka engkau akan beruntung.'" (HR an NAsai, no.3226)
"Aku menjawab, 'Ya Rasulullah, ayahku syahid dalam Perang Uhud dan meninggalkan sembilan anak yatim, yakni saudara-saudara perempuanku. aku kurang suka menikah dengan gadis seumuran mereka maka aku cari perempuan yang sudah matang agar ia dapat menyisir rambut adik-adikku dan merawat mereka.' Nabi menjawab, 'Kamu telah mengambil pilihan yang benar.'" (HR Bukhari, no.4052)
Ada juga dari HR Muslim, no 715d yang bunyinya sama dengan HR an Nasai, no 3226 di atas.
Dari hadist2 tersebut diperlihatkan bahwa Rasulullah justru memuji pilihan Jabir yang menikahi seorang janda karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki seorang janda, seperti kematangan emosi, kemampuan mengurus rumah tangga, dan kemampuan menjadi teladan.

sumber foto: dari sini

Dalam buku Muslimah Sukses Tanpa Stres dikemukakan alasan mengapa Rasulullah pada awalnya bertanya, “Mengapa engkau tidak menikahi gadis agar engkau dapat bermain-main dengannya dan ia bermain-main denganmu?” Ada dua alas an. Pertama, Nabi ingin menguji pemahaman sahabat Jabir tentang kriteria istri, sebagaimana seorang guru ingin memastikan muridnya memahami ajarannya dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari respon Nabi Muhammad terhadap jawaban Jabir, “Itulah pilihan yang benar”, “Kamu telah mengambil pilihan yang benar”, dan sebagainya.
Alasan kedua, karena status Jabir yang masih perjaka. Bila seorang perjaka menikah dengan seorang perawan, keduanya dapat ‘bermain-main’ terlebih dahulu karena keduanya sama-sama belum memiliki pengalaman dalam hubungan suami-istri. Hal ini dapat kita lihat dari kalimat yang digunakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, “Agar engkau dapat bermain-main dengannya dan ia bermain-main denganmu.” Hadits ini berlaku juga bagi seorang gadis. Lebih diutamakan baginya memilih perjaka ‘agar ia dapat bermain-main’ terlebih dahulu dengan suaminya.
Berlawanan dengan opini-opini tentang anjuran menikahi perawan,—di mana hadist “…hendaknya kalian menikahi gadis perawan, karena mereka lebih bagus pergaulannya, lebih subur rahimnya dan lebih bisa menerima kekurangan.” Ternyata hadits ini adalah hadits hasan, bahkan dinilai dhoifun jiddan oleh syeikh al Albani (sumber: ikhwahmedia.wordpress.com) ini adalah tambahan dari saya, windy—justru terdapat hadits yang memerintahkan kaum Muslimin laki-laki untuk mengurus dan memelihara janda. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bahkan menyamakan kedudukannya laksana seorang mujahid. Bentuk pemeliharaan janda yang paling baik—tanpa menimbulkan fitnah—adalah dengan menikahinya.
“Siapa yang memelihara janda dan orang-orang miskin adalah seperti pahlawan yang berperang di jalan Allah. Atau, laksana shalat sepanjang malam dan puasa sepanjang siang.” (HR Bukhari, no.5353)
Rasulullah sendiri mencontohkan. Istri-istri yang beliau pilih selalu berstatus janda. Para sahabat mulia juga mengikuti jejak Rasulullah. Setiap ada seorang perempuan menjanda, para sahabat bersegera mengirim utusan untuk meminangnya. Mereka berebut kesempatan untuk memelihara janda, untuk meraih pahala yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala.
(Muslimah Sukses Tanpa Stres, Bagian 13: Janda atau Perawan, hal.185-187)
Dari uraian tersebut, kita dapati bahwa keduanya memiliki keutamaan masing-masing, tak ada yang lebih utama siapa daripada siapa di antara keduanya. Bahkan Allah berfirman dalam surat at Tahrim ayat 5, yang memperlihatkan kedudukan yang sama antara janda dan perawan di hdapan Allah,
عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا (٥)
“Jika dia (Nabi) menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhan akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu, perempuan-perempuan yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.”
Jadi bukan siapa lebih utama dari siapa, karena masing-masing memiliki keutamaannya sendiri-sendiri tentu dengan kekurangnnya sendiri-sendiri. Tak perlu ada kecemasan atau keharusan mengikuti statement bahwa Rasulullah lebih menyarankan menikahi gadis/perawan, karena pada kenyataannya keduanya sama-sama utama, tempatkanlah sesuai tempatnya.
foto: dari sini


Bahkan dalam sebuah kesempatan, Doktor Erma Pawitasari mengatakan alasan beliau mengangkat bab ini di bukunya (Muslimah Sukses Tanpa Stres), bahwa beliau ingin kembali mendudukan status janda di tempatnya. Beliau melihat fenomena yang ada saat ini, bahwa status janda itu tidak semulia status gadis perawan, bahkan banyak yang melihat status janda sebagai sebuah status yang buruk dan tidak terhormat. Beliau mengibaratkan seperti dua orang anak, yang satu selalu dieluk-elukan, sementara yang satunya selalu dianaktirikan. Beliau ingin menempatkan kembali si anak yang satu ini di tempatnya. Bahwa keduanya tak ada bedanya. Bahwa keduanya sama-sama memiliki keutamaan.
sekian status panjang ini, mohon maaf lahir dan batin atas kesalahan kata-kata.
#catatanbundy
#belajarlagi
#bundybelajar

sumber foto: dari sini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar