~ Gadis atau Janda,
Mana Lebih Utama ~
sumber gambar: dari sini |
sumber gambar: dari sini |
Haduh ini judulnya udah provokatif hahaha...
maaf ya, ini sekadar meluruskan status FB saya ini yang saya buat beberapa hari yang lalu yang mungkin pada akhirnya seperti multi
tafsir. bahwa saya sedang tidak menyuruh para bapak jika ingin poligami lalu
jangan memilih yang muda, biar ngikutin Rasulullah... hehehe..
Status FB saya murni tentang yang mau menikah,
janganlah terpaku dengan usia calon istri, karena Rasulullah saja tidak terpaku
di bagian itu. untuk lengkapnya kenapa saya membuat status itu, mungkin bisa
lihat tulisan saya sebelumnya di sini.
Dari status saya tersebut jadi memanjang ke
sebuah mindset yang jamak kita ketahui saat seorang pria memilih jodoh yang
masih gadis dan muda. dalam hal ini pasti banyak sekali ustadz yang menukil
hadist dari Jabir bin Abdullah,
"Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasallam menemuiku kemudian bersabda, 'Wahai Jabir, apakah
engkau telah menikahi seorang perempuan? Saya katakan, "Ya, wahai
Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Gadis atau Janda?' Saya katakan, 'Janda.' Maka
beliau bertanya, 'Mengapa engkau tidak menikahi gadis agar engkau dapat
bermain-main dengannya dan dia bermain-main denganmu?'" (HR an Nasai,
no.3220)
Kalimat terakhir ituah yang biasanya dijadikan
argumentasi para pria untuk mencari pasangan yang masih gadis dan yang biasanya
lebih muda. memang tidak ada yang salah. mencari pasangan memang sesuai selera
masing-masing, kliknya di mana, dengan yang tipe seperti apa, dengan model
macam mana. meski Rasulullah sendiri telah mengajarkan memilih pendamping yang
baik itu seperti apa (dan tak ada yang harus muda atau gadis dalam tuntunan
tersebut :D).
Nah, yang banyak belum diketahui adalah dalam
beberapa riwayat, hadits itu belum selesai.
(lanjutan dari hadits di atas)
"Aku menjawab,
'Aku punya adik-adik perempuan (yang dipelihara karena ayahnya sudah tiada) dan
aku tidak ingin menimbulkan persaingan di antara mereka (karena sama-sama masih
muda).' Rasulullah berkata, 'Keputusanmu itu lebih baik.'" (HR Ibnu Majah no.1860)
"Maka saya
katakan, 'Wahai Rasulullah, saya memiliki beberapa saudara perempuan dan saya
khawatir ia akan menjadi penghalang antara diriku dan mereka.' beliau bersabda,
"Itulah pilihan yang benar. sesungguhnya, seorang perempuan dinikahi
karena agamanya, hartanya, dan kecantikannya. carilah yang beragama baik maka
engkau akan beruntung.'" (HR an NAsai, no.3226)
"Aku menjawab,
'Ya Rasulullah, ayahku syahid dalam Perang Uhud dan meninggalkan sembilan anak
yatim, yakni saudara-saudara perempuanku. aku kurang suka menikah dengan gadis
seumuran mereka maka aku cari perempuan yang sudah matang agar ia dapat
menyisir rambut adik-adikku dan merawat mereka.' Nabi menjawab, 'Kamu telah
mengambil pilihan yang benar.'" (HR Bukhari, no.4052)
Ada juga dari HR Muslim, no 715d yang bunyinya
sama dengan HR an Nasai, no 3226 di atas.
Dari hadist2 tersebut diperlihatkan bahwa
Rasulullah justru memuji pilihan Jabir yang menikahi seorang janda karena
kelebihan-kelebihan yang dimiliki seorang janda, seperti kematangan emosi,
kemampuan mengurus rumah tangga, dan kemampuan menjadi teladan.
sumber foto: dari sini |
Dalam buku Muslimah Sukses Tanpa Stres
dikemukakan alasan mengapa Rasulullah pada awalnya bertanya, “Mengapa engkau tidak menikahi gadis agar
engkau dapat bermain-main dengannya dan ia bermain-main denganmu?” Ada dua
alas an. Pertama, Nabi ingin menguji pemahaman sahabat Jabir tentang kriteria
istri, sebagaimana seorang guru ingin memastikan muridnya memahami ajarannya
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari respon Nabi Muhammad terhadap jawaban
Jabir, “Itulah pilihan yang benar”, “Kamu
telah mengambil pilihan yang benar”, dan sebagainya.
Alasan kedua, karena status Jabir yang masih
perjaka. Bila seorang perjaka menikah dengan seorang perawan, keduanya dapat
‘bermain-main’ terlebih dahulu karena keduanya sama-sama belum memiliki
pengalaman dalam hubungan suami-istri. Hal ini dapat kita lihat dari kalimat
yang digunakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, “Agar engkau dapat bermain-main dengannya dan ia bermain-main
denganmu.” Hadits ini berlaku juga bagi seorang gadis. Lebih diutamakan
baginya memilih perjaka ‘agar ia dapat bermain-main’ terlebih dahulu dengan
suaminya.
Berlawanan dengan opini-opini tentang anjuran
menikahi perawan,—di mana hadist “…hendaknya
kalian menikahi gadis perawan, karena mereka lebih bagus pergaulannya, lebih
subur rahimnya dan lebih bisa menerima kekurangan.” Ternyata hadits ini
adalah hadits hasan, bahkan dinilai dhoifun jiddan oleh syeikh al Albani
(sumber: ikhwahmedia.wordpress.com) ini adalah tambahan dari saya, windy—justru
terdapat hadits yang memerintahkan kaum Muslimin laki-laki untuk mengurus dan
memelihara janda. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bahkan menyamakan
kedudukannya laksana seorang mujahid. Bentuk pemeliharaan janda yang paling
baik—tanpa menimbulkan fitnah—adalah dengan menikahinya.
“Siapa yang memelihara
janda dan orang-orang miskin adalah seperti pahlawan yang berperang di jalan
Allah. Atau, laksana shalat sepanjang malam dan puasa sepanjang siang.” (HR Bukhari, no.5353)
Rasulullah sendiri mencontohkan. Istri-istri
yang beliau pilih selalu berstatus janda. Para sahabat mulia juga mengikuti
jejak Rasulullah. Setiap ada seorang perempuan menjanda, para sahabat bersegera
mengirim utusan untuk meminangnya. Mereka berebut kesempatan untuk memelihara
janda, untuk meraih pahala yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala.
(Muslimah Sukses Tanpa
Stres, Bagian 13: Janda atau Perawan, hal.185-187)
Dari uraian tersebut, kita dapati bahwa
keduanya memiliki keutamaan masing-masing, tak ada yang lebih utama siapa
daripada siapa di antara keduanya. Bahkan Allah berfirman dalam surat at Tahrim ayat 5, yang memperlihatkan
kedudukan yang sama antara janda dan perawan di hdapan Allah,
عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ
أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ
تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا (٥)
“Jika dia (Nabi)
menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhan akan memberi ganti kepadanya dengan
istri-istri yang lebih baik dari kamu, perempuan-perempuan yang patuh, yang
beriman, yang taat, yang bertobat, yang beribadah, yang berpuasa, yang janda
dan yang perawan.”
Jadi bukan siapa lebih utama dari siapa,
karena masing-masing memiliki keutamaannya sendiri-sendiri tentu dengan
kekurangnnya sendiri-sendiri. Tak perlu ada kecemasan atau keharusan mengikuti
statement bahwa Rasulullah lebih menyarankan menikahi gadis/perawan, karena
pada kenyataannya keduanya sama-sama utama, tempatkanlah sesuai tempatnya.
foto: dari sini |
Bahkan dalam sebuah kesempatan, Doktor Erma
Pawitasari mengatakan alasan beliau mengangkat bab ini di bukunya (Muslimah
Sukses Tanpa Stres), bahwa beliau ingin kembali mendudukan status janda di
tempatnya. Beliau melihat fenomena yang ada saat ini, bahwa status janda itu
tidak semulia status gadis perawan, bahkan banyak yang melihat status janda
sebagai sebuah status yang buruk dan tidak terhormat. Beliau mengibaratkan
seperti dua orang anak, yang satu selalu dieluk-elukan, sementara yang satunya
selalu dianaktirikan. Beliau ingin menempatkan kembali si anak yang satu ini di
tempatnya. Bahwa keduanya tak ada bedanya. Bahwa keduanya sama-sama memiliki
keutamaan.
sekian status panjang ini, mohon maaf lahir
dan batin atas kesalahan kata-kata.
#catatanbundy
#belajarlagi
#bundybelajar
sumber foto: dari sini |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar