Sabtu, 28 Juni 2014

*Please Jangan Bohongin Anak (ku)*

Suatu hari seorang saudara saya bercerita tentang BSnya...
Beliau menggunakan jasa BS agar lebih fokus mengurus kedua anaknya, jadi sang baby sitter ini memang benar2 dijadikan rekan dalam mendidik anak2nya, bukan melimpahi tugasnya pada sang BS sementara ia bisa bebas ngapain aja.

Nah, beranjak dari niatan tersebut, maka wajar kalau saudara saya ini sangat selektif terhadap Baby sitter yang berpartner dengannya. Beliau maunya pola didik baby sitternya sama seperti pola didiknya pada anak2nya.

Namun ternyata BS yang ada saat ini tidak sesuai dengan harapan saudara saya.
Memang orangnya baik, gesit, namun suka 'berbohong'.

No, bukan berbohong mengenai uang atau lainnya.
Baby sitternya suka berbohong pada anak2nya agar anak2nya menurut.
"Hayo jangan main ke sana, nanti ditinggal daddy." (Padahal ayahnya anak2 lagi duduk anteng ga ke mana2)
"Yuk main di luar yuk, ada pesawat lho" (padahal ga ada)

Why it's so serious? Nyantai aja, kali...
Wajar lah, yang penting anaknya nurut, mau makan, ga petakilan, and bla bla bla...

Oh ternyata tidak sesederhana itu, mom n dad yang shalih...

Membiasakan anak tumbuh dalam atmosfer kebohongan2 seperti itu ternyata membawa dampak yang cukup serius.

Pernah ga kita berpikir, "ih itu anak, waktu kecilnya penurut, patuh, baik, eh udah gedenya ga mau nurut orang tuanya, orang tua ga didengerin, cenderung melawan."

Ya, tanpa kita sadari, kebohongan2 kecil itulah yang membentuk anak menjadi demikian.

"Nanti mama beliin es krim kalo kami mau makan." (Nyatanya habis makan ttp ga dibeliin es krim).
"Mama mau ke wc ya, sebentar kok." (Nyatanya pergi ke kantor atau ke tempat lain selama berjam-jam).
"Ayah sebentar lagi sampai rumah." (Nyatanya sampai anak tidur malam, ayahnya blm pulang).
Dan berbagai kebohongan kecil seperti ini yang sedikit demi sedikit mengikis rasa percaya anak pada orang tua maupun keluarganya yang lain.
Dampaknya anak jadi tidak percaya pada orang tua dan lingkungannya.

Dengan rasa tidak percaya itulah anak akhirnya tumbuh sebagai anak yang suka melawan (untuk apa menuruti ortu, mereka toh ga berkata yang sebenarnya, toh nanti juga dibohongi lagi).
Lalu anak tumbuh sebagai anak yang suka berbohong (orang tuaku juga mencontohkan seperti ini, aku ga papa dong?).
Dan ketika dewasa dia akan mudah membuat janji tapi tak ditepati meskipun tidak ada keadaan darurat yang menghalanginya dari janji yang ia buat.

Lebih baik kita memang meluangkan sedikit waktu untuk berbicara lebih banyak pada anak,
"Nak, ayah dan bunda harus berangkat. Kami pergi agak lama. Tapi nanti jam 2 siang kita sudah bertemu lagi."
Dan tepati janji kita sesuai apa yang kita katakan (pulang jam 2, misalnya).
Meskipun anak menangis, tapi ia belajar bahwa orang tuanya memang memiliki tugas lain yang harus dikerjakan, mereka juga belajar menunggu, dan mereka belajar bahwa segala sesuatu ada prosesnya.

Kalau masih memiliki kesulitan pada penerapannya,
Coba ajak bicara anak kita di waktu yang tepat, di waktu santai, misalnya menjelang tidur.
Jelaskan saja kenapa anak kita dan orang tuanya harus seperti itu.
Meski menangis, tapi itu lebih baik daripada kita membohonginya.

Susah ya? Iya.
Tapi bukan berarti nggak bisa, kan...

Keep on trying to be the best parent for our kiddos... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar